بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
راَيت الله
"Ro-aytullooh"
(Melihat Allah)
Oleh: Mustafa Mahmud
Di Nuqil dari Kitab
Al Mawaqif wal Mukhotobat - Imam An Nafri
5
H U
R U F
Allah berseru kepada
hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
Huruf dirangkai menjadi
perkataan, dari perkataan menjadi pendapatan; Pendapatan bersama dengan
perkataan akan menjadi bilangan. Pendapatan disatukan dengan bilangan
perkataan, dan bilangan perkataan disatukan dengan bilangan pendapatan
menimbulkan kekuatan magis. Dan atas dasar hukum “Peringatan” hal yang demikian
adalah masuk dalam kekufuran.
Hukum bilangan kata adalah
hukum bantah-membantah (senketa) yang satu berlawanan dengan yang alin, hal
demikian membawa kepada kepiluan dan kecemasan, hal yang demikian adalah
kemustahilan belaka dan menjadikan ketergantungan dan keguncangan.
Asma’ (nama-nama) dan
sifat-sifat dan Af’al (perbuatan-perbuatan) adalah hijab belaka atas Zat
Ilahiat. Karena sesungguhnya Zat Illahiat itu tidak dapat menerima pembatasan.
Zat Illahiat itu berada pada tingkat ketinggian, sedang pelepasan
(Penanggalan - Tajried) dan Ama’ dan Sifat adalah
urut-urutan yang menurun (Tanazzilat).
Asma’ dengan zat asmanya
berdiri tanpa perbuatan, asma’ dapat berbuat hanya dikarenakan Zat Allah
semata. Dan... sesungguhnya persoalannya berkisar bagaikan perkakas dan
alat-alat. Dan Huruf di dalam Surga adalah merupakan alat-alat dan perkakas.
Para Malaikat yang
membangun Mahligai-mahligai dan memancarkan sumber-sumber mata air, yang
menciptakan makanan-makanan dan menyediakan minuman-minuman, kesemuanya adalah
huruf. Dan huruf itu adalah Maqam (kedudukan) yang diberikan kepada para
Malaikat, dan pra Malaikat tiada kesanggupan untuk melampauinya (melangkah
lebih dari batas yang ditugaskan padanya).
Adapun manusia, maka ia
memperoleh kesanggupan untuk lewat melalui dan melangkah serta melampaui lalu
keluar daripadanya agar bisa sampai kepada maqam bersanding “Kedudukan
bertetangga dekat” kepada Zat Illahiat sepenuhnya.
Allah berseru kepada
hamba-Nya :
“Huruf itu sifatnya lemah,
tidak berkesanggupan untuk memberitakan tentang dirinya, apalagi memeberitakan
tentang-Ku.
Akulah pencipta huruf dan
mahruf – apa yang diberitakan oleh huruf.
Aku jadikan dari rangkaian
huruf itu menjadi Asma, dan susunannya menjadi bahasa dan bberapa ibarat agar
dengannya manusia yang menjadi penghuni alam ini dapat berbicara. Jangan
dilupakan bahwa kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan Aku berada di atas
segala.
Apa yang Aku ciptakan
sebagaimana halnya huruf, tidaklah mempunyai kemampuan hukum apapun atas Ku dan
tiada menyentuh sedikit pun atas Zat Ku”.
Telah kukatakan kepada
huruf dengan gaya huruf itu sendiri, maka tiadalah lesan (penyalur huruf) itu
dapat menyaksikan Daku dan tiadalah Aku dikenal oleh huruf itu.
“Barangsiapa yang telah
kucintai daripada penyanding-penyanding Ku dan pencinta-pecintaKu, maka Aku pun
berkenan berkata-kata kepadanya, kata-kataku tanpa ibarat (tanpa bahasa dan
tanpa rangkaian huruf); Dan orang itu pun akan diajak bicara oleh batu-batu dan
bata-bata, dan bagi orang itu cukup mengatakan terhadap sesuatu “Jadilah” maka
“Jadi”. Andaikan Ku katakan dengan ibarat, tentu saja ucapan Ku itu akan
dikembalikan oleh ibarat kepada diri ibarat itu tentang apa-apa yang
diibaratkan dan dengan apa-apa yang diibaratkan. Dan pastilah hal yang demikian
menjadikan tirai pendinding karena kembalinya itu dan sekalipun yang mana
berarti tiak dapat berbuat apa-apa”.
Allah berseru kepada
seorang bijak (yang sudah mencapai pengenalan sejati) :
“Enyahkan jauh-jauh dari
dirimu segala apa yang engkau lihat, lepaskan dirimu dari daya tarik apapun dan
dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama dari rangsangan-rangsangan.
Keluarlah engkau dari ilmu pengetahuan, amal-amalmu, pengenalan ma’rifatmu,
bahkan dari dirimu dan namamu sekalipun. Keluarlah engkau dari huruf dan
mahruf.
Lemparkan segala ibarat ke
belakang punggungmu dan campakan arti makna ke belakang ibarat, dan lemparkan
pendapat ke belakang arti makna dan masuklah engkau seorang diri (tunggal),
niscaya engkau akan melihat Aku sendiri. (Itulah kebenaran pandangan
matahati)Selanjutnya untuk mencapai tingkat yang demikian bagi si salik (orang
yang berjalan menuju kepada Allah) memerlukan melepas-bebaskan dirinya dari
segala sesuatu, baik pengetahuannya, ama perbuatannya, sifatnya bahkan diri dan
namanya dalam ari keluar dari kebanggan diri. Janagan hendaknya sampai
terucapkan dari lesan “Aku si anu yang telah mencapai derajat demikian, aku
adalah seorang arif yang bijak, yang berilmu dan yang telah membuat
karangan-karangan”. Bukan hanya itu saja, tetapi ia harus keluar dari sihirnya,
kalimat dan fitnahnya ibarat (ucapan) ... keluar dari tabiat dan
keinginan-keinginan (syahwat)... keluar dari adat istiadatnya, dan dari kesemuanya
itu dikembalikan apapun yang ada pada dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
(Semata-mata). Ia harus mencuci tangannya (sebersih-bersihnya) baik dari
pangkat dan kejayaannya serta kekuasaannya.
Itulah sebenarnya
penelenjangan yang sewajibnya untuk dapat masuk ke Hadirat Illahy, dan itu
adalah suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oelah setiap orang,
malainan oleh orang-orang tertentu.
Allah berseru kepada
seorang yang Arif :
“Andaikan perjalananmu
berhenti hanya sampai kepada huruf, lalu engkau dikuasainya sebagaimana
tawanan, dan terpengaruhlah oleh rahasia-rahasianya, dan tergoda oleh teka-tekinya, agar supaya
engkau dapat merajalela atas manusia-manusia, niscaya akan Ku catat engkau dari
golongan ahli sihir yang tidak berjaya, dan dari penyembah-penyembah huruf yang
mereka itu adalah (terang-terangan) berlaku syirik kepada Ku mereka adalah penyembah-penyembah huruf
selain daripada Ku, dan menuntut nama itu dari selain Ku”.
“(Bila) Aku memberitahukan
kepadamu tentang rahasia huruf, maka itu adalah suatu malapetaka yang gawat
segawat-gawatnya.
Engkau dapat mengenal
rahasia huruf, sedang engkau berada di dalam kemanusiaanmu, niscaya gilalah
akal budimu.
Engkau dapat mengenal
rahasia Asma (Nama-nama), sedangkan engkau berada di dalam kemanusiaanmu,
biscaya gilalah akal budimu.
Hai hamba!! “Tiada ijin
bagimu, kemudian tiada ijin bagimu, kemudian tujuhpuluh kali tiada ijin bagimu
untuk membeberkan terhadap apa yang Daku percayakan kepadamu dari
rahasia-rahasia huruf-Ku dan nama-nama Ku. Dan ... bagaimana engkau masuk ke
dalam khazanah Ku, dan bagaimana engkau mengambil dari huruf-huruf itu satu
huruf dengan keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku, dan... bagaimana engkau melihat
Ku???”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :