بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
{AJARAN KAUM SUFI}
Karya
Ibn Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’qub Al-Bukhari Al-Kalabadzi
AJARAN KAUM SUFI TENTANG KESALAHAN-KESALAHAN PARA NABI
Al-Junaid,
an-Nuri dan tokoh-tokoh besar Sufi lainnya beranggapan bahwa apa-pun yang
terjadi atas para nabi hanya mempengaruhi mereka secara lahiriah saja, dan
bahwa hati nurani mereka terserap oleh perenungan akan Tuhan.
Mereka
menyitir firman Tuhan untuk menunjang pandangan ini : “Tetapi dia lupa, dan
tidak mempunyai cara berpikir yang kuat.” Mereka mengatakan bahwa segenap
tindakan tidak akan paripurna kecuali yang didahului oleh ketetapan hati dan
niat, dan bahwa segala sesuatu yang tidak didahului dengan ketetapan hati dan
niat, berarti bukan suatu perbuatan.
Tuhan
menyangkal hal ini dalam kasus Adam ketika Dia berfirman, “Tapi dia lupa dan
tidak mempunyai cara berpikir yang kuat.” Ketika Tuhan mencal mereka karena
hal-hal tersebut, hal itu dilakukan-Nya hanya demi memberi tanda bagi
orang-orang lain, agar mereka tahu bahwa jika mereka tidak patuh (pada Tuhan),
mereka masih berkesempatan untuk mencari ampunan Tuhan.
Tapi tokoh-tokoh Sufi lain mengakui
kesalahan-kesalahan (para nabi) ini. Meski demikian, mereka menjelsakan bahwa
kesalahan-kesalahan tersebut merupakah kekhilafan-kekhilafan yang muncul dari
penafsiran yang salah : mereka ditegus karena taraf mereka yang tinggi dan
tempat mereka yang mulia, dan hal ini dimaksudkan sebagai peringatan bagi yang
lain-lain dan peringatan agar para nabi itu melestarikan keunggulan mereka atas
orang-orang lain. Beberpa tokoh Sufi mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan
mereka mestinya dianggap sebagai contoh-contoh kealpaan dan kelalaian, dan
mereka menjelssakan bahwa para nabi itu alpa pada hal-hal yang “rendah” karena
“(mereka keasyikan) dengan hal-hal yang tinggi. Begitulah penjelasan yang
mereka berikan sehubungan dengan kejadian nabi alpa bersembahyang – bahwa dia
asyik dengan sesuatu yang lebih besar dari sekedar bersembahyang; sebab
bukanlah beliau bersabda : “Kesenanganku adalah dalam bersembahyang.” Dengan
kata-kata itu beliau memberi tahu kita bahwa ada sesuatu dalam sembahyang yang
menyenangkannya.
Beliau tidak mengatakan: “Aku telah menjadikan
sembahyang kesenanganku”. Tapi orang-orang menegaskan bahwa para nabi dapat
melakukan kesalahan dan kelalaian menganggap kesalahan dan kelalaian itu hanya
sebagai dosa-dosa kecil yang dengan mudah dapat dihilangkan dengan tobat.
Maka
Tuhan berfirman, ketika Dia menuturkan perkataan Adam dan Istrinya : “Wahai
Tuhan kami, kami telah mengaiaya diri kami sendiri.”
Dan
lagi : “Kemudian Tuhan memilihnya, menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.”
Sedangkan mengenai Daud Dia berfirman : “Dan Daud mengetahui bahwa Kami
mengujinya. Lalu dia meminta ampun kepada Tuhannya sambil menyungkur sujud dan
bertaubat.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :