بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
ADAM 31 METER :
Mencari Tanda Tangan Tuhan dan Ayat-Ayat Emas
Evolusi dalam Al-Qur'an
Pada mulanya saya tidak percaya Nabi
Adam tingginya 30-an meter. Namun, berkat KH Ahmad Syahid (Mbah Syahid) Kemadu
almarhum, saya percaya seratus persen, one hundred percent, (mi’ah fî
al-mi’ah)! Sebelumnya tanpa saya beritahu, Mbah Syahid sudah tahu bahwa saya:
tidak percaya!
Mbah Syahid berkata:
“Hadits
bahwa Bapak Adam tingginya 30-an meter itu benar adanya dan benar-benar dari
Kanjeng Nabi Muhammad. Kitab-kitab kunthet (kecil) yang memuat keterangan
demikian pun benar adanya. Sampeyan harus percaya, bahwa beliau dan Ibu Hawa
memang betul-betul amat tinggi. Kalau tidak, waktu hendak duduk berdampingan di
atas Jabal Rahmat yang tingginya belasan meter tentu beliau berdua harus lebih
dulu mencari tangga. Tapi tidak, beliau berdua ya langsung duduk begitu saja,
sebab mereka memang betul-betul amat tinggi. Sunan Kalijaga mengenang hal ini
dengan mengajarkan tradisi pengantin laki-laki dan perempuan agar duduk di
kursi yang tinggi (orang Jawa menyebutnya “padhi-padhi”)!”
“Meskipun
para ahli zaman sekarang, belum menemukan bukti adanya manusia yang tingginya
puluhan meter, tapi soal ini sungguh ilmiah. Bapak Adam turun di Gunung
Himalaya, Ibu Hawa di Makah! Makam Ibu Hawa di Jeddah. Ibu Hawa tingginya 28
meter. Sampeyan harus percaya!”
Seperti itulah kejadiannya, Mbah Syahid
dengan persis membaca pikiran saya soal “keanehan”/musykilah hadits tentang
tinggi badan Bapak Adam. Alhamdulillah, saya seka- rang tidak minder lagi
membaca Teori Evolusi dengan segala kontroversinya.
Saya justru menjadi penggemar berat
kajian tentang “manusia” purba. Karena tampak bagi saya, sebenarnya amat jelas
dunung (proporsi dan porsi masing-masing) soal “manusia” purba dan manusia
keturunan Adam! Keduanya berbeda nasab/lineage atau diskrit/terpisah secara
genetik. Bagi saya, konyol kalau orang percaya bahwa “manusia” purba itu
kemudian berevolusi menjadi manusia modern, seperti Darwin! Konyol juga kalau
orang menolak fakta bahwa “manusia” purba pernah ada, seperti Harun Yahya!
Saya tidak akan malu membagi pengalaman
tentang Mbah Syahid itu dan mengakui beliau adalah seorang jenius- keramat yang
memulai dan membimbing wacana penting soal “manusia purba”, evolusi, dan
manusia keturunan Adam ini.
Kepada pembaca, saya ingin berbagi
“kenikmatan” memahami evolusi dan menemukan bukti-bukti formalnya dalam
Al-Qur’an tanpa harus terjebak dalm arus pemikiran Darwinisme.
Silahkan
Download
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :