بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Ya
Rasul Mataku Buta
Syahdan, suatu ketika Rasulullah menyampai- kan ajaran Islam
kepada para pembesar kaum musyrik, berharap agar mereka mau masuk Islam. Sebab,
dengan masuk Islamnya mereka, penye- baran Islam akan berjalan mulus, dan Islam
dengan mudah akan menembus tapal batas jazirah Arab. Oleh karena itu, secara
serius Rasulullah mencurah- kan perhatian kepada mereka.
Tak lama kemudian, sekonyong-konyong datanglah
seorang buta yang meminta Rasul untuk menyampaikan risalah Islam. Seorang buta
tadi ingin tahu betul apa itu Islam. Tentu saja, kehadiran- nya mengusik
ketenangan dakwah Rasulullah kepada pembesar kaum musyrik tadi. Suasana yang
tadinya serius menjadi agak kacau dengan kehadiran seorang buta tadi. Secara
manusiawi, Rasulullah yang biasanya sangat santun kepada siapa pun, tiba-tiba
merasa jengah dengan ke- hadirannya. Saat itu, Rasulullah bermuka masam, bahkan
wajahnya pun segera ia palingkan.
Kasus ini kemudian mengundang turunnya wahyu
kepada Rasulullah. Ayat yang turun berupa sindiran, bahkan teguran kepadanya yang
bermuka masam dan berpaling dari orang buta tadi. Ayat yang dimaksud adalah
beberapa ayat pertama surah ‘Abasa. Teguran tersebut mengguncangkan jiwa
Rasulullah. Tak lama berselang, wajah Rasulullah yang awalnya tidak bersahabat
kini menjadi sangat ramah. Dengan penuh perhatian Rasulullah menyambut sang
tamu yang buta itu. Lalu, dengan penuh sopan santun pula dia menjelaskan
tentang Islam. Kini, kedudukan seorang buta tadi tidak lagi dianggap lebih
rendah dibandingkan pembesar kaum musyrik yang sedang didakwahi.
Teguran Allah tersebut laksana tamparan keras
sekaligus air segar yang diguyurkan ke palung jiwa Rasulullah sehingga
kesadarannya muncul kembali bahwa setiap manusia, siapa dan apa pun kondisi-
nya, adalah hamba Allah juga. Telah disebutkan dalam sirah (sejarah), semenjak
peristiwa tersebut Rasulullah tidak pernah bermuka masam lagi. Keceriaan dan
senyuman senantiasa memancar dari wajahnya.
Buku kecil ini berusaha mengeksplorasi 40 hadits
tentang kaum difabel (orang-orang cacat). Tidak hanya menjelaskan pandangan
Islam tentang kaum difabel, buku ini juga menjabarkan tata cara berinteraksi
yang baik dengan mereka. Sikap sabar dan tabah yang mesti dimiliki kaum difabel
juga mendapat perhatian tersendiri dalam buku ini. Di samping itu, masih banyak
hikmah dan pelajaran yang bisa Anda petik dari teladan Rasulullah, terutama
dalam bergaul dengan kaum difabel.
Detail Buku:
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :