بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
47.
R I N D U
Allah swt. berfirman :
“Barangsiapa mengharap pertemuan
dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang,
Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.: (Qs. Al-Ankabut : 5).
Atha’ bin as-Sa’ib menuturkan
bahwa ayahnya menceritakan kepadanya : “Suatu ketika Ammar bin Yasir mengimami
kami shalat dan dia mempercepatnya. Aku berkata : “Anda tergesa-gesa dalam
mengimami shalat, wahai Abul Yqzan.” Dia menjawab : “Hal itu tidak ada salahnya,
karena aku memanjatkan kepada Alalh sebuah doa yang pernah kudengar dari
Rasulullah saw.” Ketika hendak beranjak, salah seorang jamaah mengikutinya dan
bertanya kepadanya tentang doa yang dibacanya itu. Dia pun mengulanginya : “Ya
Allah dengan ilmu-Mu yang gaib dan dengan kekuasaanmu atas semua makhluk,
hidupkanlah aku jika Engkau tahu bahwa hidup itu membawa kebaikan untukku, dan
matikanlah aku jika Engkau tahu bahwa mati itu membawa kebaikan untukku. Ya
Allah, aku meminta kepada-Mu agar aku takut kepada-Mu dalam semua perkara, baik
yang nyata maupun yang gaib. Aku memohon kepada-Mu ungkapan yang benar ketika
aku senang maupun ketika aku marah. Aku mohon kepada-Mu kesederhanaan dalam
kekayaan amupun kemiskinan. Aku mohon kepda-Mu kesenangan yang tak abadi, dan
kesejukan jiwa yang tak terputus. Aku mohon kepda-Mu keridhaan dengan apa yang
telah ditentukan. Dan aku mohon kepada-Mu kehidupan yang sejuk sesudah mati.
Aku mohon agar bisa melihat Wajah-Mu yang Mulia, dan kerinduan untuk bertemu
dengan-Mu tanpa bahaya yang mengancam, ayau menjadi korban fitnah yang
menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan keindahan iman. Ya Allah,
jadikanlah kami sebagai pemberi petunjuk maupun penerima petunjuk.”
Rindu adalah keadaan gairah
hati yang berharap untuk berjumpa dengan Sang Kekasih. Kadar rindu tergantung
besar volume cinta.
Saya mendengar Syeikh Abu Ali
ad-Daqqaq membedakan antara rindu dan hasrat yang bergolak, katanya : “Rindu
ditentramkan oleh perjumpaan dan memandang. Sedangkan hasrat yang bergolak tidak
sirna karena pertemuan.”
Mengenai konteks ini pra Sufi
bersyair :
Mata tak pernah berpaling ketika
memandang-Nya.
Sehingga kembali kepada-nya,
penuh gelora.
An-Nashr Abadzi menyatakan :
“Semua orang mempunyai tahap kerinduan. Namun tidak semuanya mengalamai tahap
gelora, dan siapa yang memasuki gelora itu, justru akan linglung, sehinggaia
tidak dipandang lagi pengaruh atau kesan dan keteguhan.”
Diceritakan bahwa Ahmad bin Hamid
al-Aswad datang kepada Abdullah ibnul Mubarak dan berkata kepadanya : “Aku bermimpi
engkau akan meninggal setahun lagi. Barangkali engkau harus bersiap-siap untuk
keluar dari dunia.” Abdullah ibnul Mubarak menjawab : “Engkau memberiku waktu
yang lama, aku hidup sampai setahun penuh! Padahal aku selalu menyukai syair
yang kudengar dari Abu Ali ats-Tsaqafy :
Wahai yang tercekam rindu karena
perpisahan panjang
Bersabarlah, siapa tahu esok
Engkau bertemu Sang Kekasih.”
Abu Utsman menuturkan : “Tanda
rindu adalah mencintai kematian dengan hati yang ringan.”
Yahya bin Mua’dz menyatakan : “Tanda
rindu adalah membebaskan tubuh dari hawa nafsu.”
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq
menuturkan : “Pada suatu hari Daud as. Pergi sendirian ke padang pasir,
kemudian Allah swt. menurunkan wahyu kepadanya : “Wahai Daud, Aku tidak
memandangmu sebagi orang yang sendirian!” Daud menjawab : “Tuhanku, aku
terpengaruh oleh kerinduan dalam hatiku untuk bertemu dengan-Mu, lantas
terhalang antara diriku untuk bergaul sesama manusia.” Maka Allah swt. lalu
berfirman : “Kembalilah kepada mereka. Sebab, bila engkau mendatangi-Ku bersama
seorang hamba yang lari dari tuannya, Aku tetapkan dirimu di Laih Mahfudz
sebagai seorang arih yang bijak.”
Diceritakan, ada seorang wanita
tua yang didatangi oleh pemuda yang termasuk kerabatnya. Keluarga lainnya
merasa gembira, namun wanita itu justru menangis tersedu. Ia ditanya : “Apa
yang engkau tangisi?” Wanita itu menjawab : “Aku teringat kedatangan pemuda
itu, jika kelak di hari kedatangan kita kepada Allah swt.”
Ketika Ahmad bin Atha’ ditanya
tentang rindu, dia menjawab, “Jiwa yang terbakar, kalu yang berkobar, dan
jantung yang berkeping-keping.”
Pada kesempatan lain dia ditanya
: “Manakah yang lebih utama, rindu ataukah cinta?” Ibnu Atha’ menjawab :
“Cinta, karena rindu terlahir dari cinta.”
Salah seorang Sufi menyatakan :
“Rindu adalah kobaran dari jiwa, dan apinya menjilat-jilat ketika berpisah.
Bila pertemeuan tiba, api itu jadi padam. Bila yang dominan pada rahasia
batinnya adalah penyaksian sang kekasih, kerinduan tak melintas lagi.”
Seorang Sufi ditanya : “Apakah
Anda pernah mengalami kerinduan?” Dia menjawab : “Tidak. Rindu hanya bagi
pecinta yang tak bersama kekasihnya. Sedangkan Kekasih sebenarnya, senantiasa
hadir.”
Saya mendengar Syeikh Abi Ali
ad-Daqqaq memberi komentar atas firman Allah swt. “ .... dan aku bergerak
kepadamu, wahai Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)” (Qs. Thaha :84).
Arti ayat ini : “Aku bergerak kepada-Mu karena indu kepada-Mu.” Namun
disamarkan melalui kata ridha.”
Ad-Daqqaq juga berkata : “Salah
satu tanda rindu adalah harapan pada kematian dalam hamaparan ampunan yang
sejahtera. Begitulah Nabi Yusuf as. Ketika dilemparkan ke dalam sumur, beliau
tidak berkata : “Biarkanlah aku mati saja!” Ketika dimasukkan ke dalam penjara,
beliau juga tidak mengatakan : “Biarkanlah aku mati saja!”. Tetapi keetika orangtuanya
datang kepadanya dan semua saudaranya bersujud kepadanya, beliau berkata :
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam (Qs. Yusuf :1010).” Mengenai hal ini para
Sufi bersyair :
Kami dalam puncka kegembiraan,
Namun tak bisa sempurna,
Kecuali dengan kalian
Cacat yang ada pada kami,
Wahai orang-orang yang kucintai,
Engkau semua digaibkan
Sedang kami telah hadir.
Mereka juga bersyair :
Siapakah yang memeriahkan pesta
raya,
Padahal aku sungguh berduka,
Kegembiraan telah penuh bagiku
Bila kekasih-kekasihku tiba.
Abu Abdullah bin Khafif
mengatakan : “Rindu adalah hembusan kalbu yang muncul karena pesona, kecintaan
untuk bertemu dan rasa ingin berdekatan.”
Abu Yazid al-Bisthamy berkata :
“Allah swt. mempunyai hamba-hamba tertentu, jika Dia menutup tirai bagi mereka,
maka mereka akan memohon agar dikeluarkan dari surga sebagaimana para penghuni
neraka minta dikeluarkan dari neraka.”
Al- Husain al-Anshary berkata :
“Aku bermimpi bahwa hari Kiamat telah tiba. Kulihat ada seseorang yang berdiri
di bawah ‘Arasy, Alalh swt. lalu bertanya : “Wahai para malaikat-Ku, siapakah
orang ini?” Menereka menjawab : “Engkau lebih Maha Mengetahui.” Maka Allah swt.
pun berfirman : “Inilah Ma’ruf al-Karkhy. Dia mabuk karena mencintai-Ku; dan
tak akan sadar kecuali berjumpa dengan-Ku.” Riwayat lain mengatakan : “Inilah
Ma’ruf al-Karkhy. Dia meninggalkan dunia dalam keadaan rindu kepada Alalh. Maka
Alalh lalu memperkenankannya menatap Wajah-Nya.”
Farais menegaskan : “Hati para
perindu disinari dengan cahaya Alalh swt. Manakala Gairah kerinduan mereka
membara, cahaya itu menerangi langit dan bumi, dan Allah swt. menunjukkan
kepada malaikat-malaikat-Nya, seraya berfirman : “Mereka adalah perindu-perindu
kepada-Ku, Aku bersaksi pada kalian bahwa Aku pun sesungguhnya lebih rindu
kepada mereka.”
Syeikh Abu Ali ad- Daqqa pernah
menjelaskan mengenai sabda Nabi saw. : “Aku memohon kepada-Mu agar diberi rindu
untuk berjumpa dengan-Mu.” Komentar Abu Ali : “Rindu itu terdiri dari seratus bagian.
Nabi memiliki sembilan puluh sembilan bagian, dan yang satu bagian dibagi-bagi
di kalangan umat manusia.” Abu Ali juga menginginkan yang satu bagian itu,
karena beliau cemburu jika satu bagian rindu diberikan kepada orang lain.”
Dikatakan : “Kerinduan
orang-orang yang muqarrabun lebih sempurna dibanding kerinduan mereka yang
terhijab dari kehadiran-Nya.”
Demikianlah dikatakan penyair :
Sebutuk kerinduan suatu ketika
Bila tanda-tanda saling mendekat.
Dikatakan juga : “Para perindu
saling merasakan manisnya kematian, ketika menjemputnya, semata karena jiwa
pertemuan telah terbuka melebihi manisnya penyaksian.”
As-Sary menyatakan : “Rindu
adalah maqam teragung bagi seorang ‘arif manakala telah terwujud di dalamnya.
Manakala dia mencapai kerinduan, dia menjadi lupa akan segala sesuatu yang
menjauhkan dari yang dirindukannya.”
Abu Utsman bin Sa’id al-Hiry
berkomentar mengenai firman Allah swt. “Barangsiapa mengharap pertemuan dengan
Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang.” (Qs.
Al-Ankabut :5). “Ayat ini sebagai penentram bagi para perindu. “Tafsirnya :
“Aku tahu bahwa rindu kalian kepada-Ku begitu kuat. Aku telah menetapkan satu
waktu bagi kalian untuk berjumpa dengan-Ku. Kalian semua akan segera datang
kepada Yang kalian rindukan.”
Dikatakan bahwa Allah swt.
mewahyukan kepada Nabi Daud as. : “Katakanlah kepada para pemuda Bani Israil :
“Mengapa kalian menaruh kepeduan selain kepada-Ku, sedangkan Aku merindukanmu?
Dusta macam apa ini?”
Allah swt. juga menurunkan wahyu
kepada Daaud as. : “Jika saja mereka yang telah berpaling dari-Ku mengetahui
bagaimana Aku telah menunggu mereka, melimpahkan kasih sayang kepada mereka,
dan kerinduan-Ku agar mereka meninggalkan kemaksiatan terhadap-Ku, pasti mereka
mati semua karena rindu mereka, dan sendi-sendi mereka remuk karena cinta
kepada-Ku. Wahai Daud, inilah Kehendak-Ku terhadap mereka yang telah berpaling
dari Ku, lalu bagaimana kemauan-Ku terhadap mereka yang menghadap kepada-Ku?”
Dikatakan bahwa dalam kitab
Taurat tertulis : “Kami sangat merindukan kalian semua, namun kalian tidak
saling membalas rindu; Kami tanamkan rasa takut dalam dirimu, tapi kalian
sendiri tidak merasa takut. Dan kami memberi ratapan kepada kalian, sayangnya
kalian semua tidak pernah meratap.”
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq
menuturkan : “Suatu ketika Syu’aib menangis hingga matanya buta. Allah swt.
mengembalikan penglihatannya. Dia menangis lagi sampai buta kembali, dan Allah
swt. mengembalikan lagi penglihatannya. Kemudian ia menangis sampai buta,
lantas Allah swt. mewahyukan : “Jika engkau menangis karena neraka, maka Aku
pun telah menjadidkanmu selamat darinya.” Syu’aib menjawab : “Bukan itu. Aku
menangis karena rindu kepada-Mu.” Lalalu Allah berfirman padanya : “Karena itu
Aku menunjuk Nabi-Ku dan Kalimat-Ku untuk melayanimu selama sepuluh tahun.”
Dikatakan : “Barangsiapa rindu
kepada Alalh swt. maka segala sesuatu merindukannya.”
Dan dalam Hadits disebutkan :
“Surga merindukan tiga orang : Ali, Ammar dan Salman.”
Malik bin Dinar mengatakan : “Aku
membaca dalam Taurat begini : “Kami bangkitkan rindu dalam dirimu, tetapi kamu
sekalian tidak rindu kepada Kami. Kami mainkan seruling untukmu, tetapi engkau
tidak menari.”
Al-Junayd ditanya : “Apa yang
membuat seorang pecinta menangis ketika bertemu dengan Kekasihnya?” Dia menjawab
: “Itu hanya karena kegembiraannya pada ang Kekasih, dan kepesonaan karena
kedahsyatan rindu kepada-Nya.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :