بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Terjemah Kitab
Fathur-Rabbany
wal
Faidhur-Rahmany
Karya
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailany ra.
Majelis ke 39.
MENCINTAI
AULIYA’ DAN SHOLIHIN
Jum’at pagi 12 Rajab
tahun 545 di Pondok,
Beliau berkata:
Jika kamu ingin
menduduki dunia akhirat,jadikanlah seluruh tujuanmu hanya untuk Allah; dari sana
maka, terjadilah pemerintah dan pemimpin atas dirimu sendiri dan orang lain.
Sungguh, aku ini menasehatimu, karena itu, terimalah nasihatku; Aku
membenarkan, maka benarkanlah aku, tapi jika kamu mendustakan daku,
sesungguhnya kedustaan itu ada padamu, tapi jika kamu membenarkan daku, maka
sungguh kamu benar : “Sebagaimana kamu mendekat, maka kami pun mendekat.”
Terimalah konsep
dariku untuk mengobati penyakit agama yang mengendap di hatimu, dan amalkanlah
tentu memperoleh kesembuhan. Barangsiapa berjalan mengitari dunia, barat sampai
ke timur untuk mencari para wali, orang-orang shalih, yaitu para dokter kalbu
dan agama, maka bila di antaranya telah didapat kemudian mereka mencari lagi
tambahan untuk kesembuhan agama. Sayangnya sampai kini kamu masih tegar
membenci mereka – fuqaha, Ulama, para wali – dus, para pendidik dan pengajar,
jika demikian kelakuanmu masih disangsikan bila terapi dapat kamu terima.
Cih,mana mungkin pengobatan yang kusampaikan bermanfaat bagimmu, setiap hari
aku galang fondamen-fondamen itu, tapi kamu giat merusaknya.
Jika aku katakan
: Jangan makan suapan ini, karena di dalamnya mengandung racun, rupanya kamu
tetap menetangku tidak percaya, bahkan tetap melahap makanan beracun itu. Tidak
lama proses keracunan itu akan segera tampak dalam konstruksi agama dan imanmu.
Sungguh aku menasehatimu, aku tidak ingin kamu binasa dengan pedangmu sendiri,
aku tidak ingin mendapat lempengan-lempengan uangmu. Barangsiapa bersama
Allah, ia tidak akan goncang oleh lau manusia dalam lingkungan masyarakat, baik
dari golongan jin atau manusia, serangga-serangga bumi yang melata atau yang
buas sampai ciptaan yang tersembunyi.
Setiap
keselamatan dalam ridla, pasti melalui proses ketentuan, pendek angan-angan dan
kezuhudan di dunia. Bila kamu melihat dirimu seorang yang lemah, maka tariklah
kenangan mati serta memperpendek angan-angan. Nabi Muhammad saw. bersabda
berdasar hikayat dari Allah :
”Tiada dekat
orang yang dekat dengan-Ku dengan keutamaan-keutamaan-Ku mendatangi yang Aku
wajibkan, dan tiada henti-hentinya hamba-Ku memperdekat dengan-Ku melalui
amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya, maka jika Aku mencintainya
Diri-Ku untuknya; pendengaran, penglihatan, tangan dan kekuatan; maka dengan
Aku ia mendengar, dan dengan Aku ia melihat, dan dengan Aku ia bertenaga.”
Segala bentuk
perbuatan yang ada ia lihat melalui Allah, dengan melalui-Nya, keluarlah daya
kekuatan penglihatan jiwanya dan yang lain; semua bersumber dari Allah.
Pergerakan dan daya kekuatannya terjadi oleh Allah bukan dari kehendak diri
sendiri, juga bukan terdorong oleh makhluk, sehingga nafsu dunia akhiratnya
keluar semua untuk bertaat kepada Allah. Praktis perekat taatnya itu menjadi
sebab kecintaan Allah kepadanya, dengan taat dicintai di dekat, maksiat dibenci
dijauhi, dengan taat menghasilkan jinak, maksiat menghasilkan lair. Karena
keburukan liar terhalang oleh syara’ membawa hasil baik, sedang penetangnya
menghasilkan jelek. Barangsiapa tidak punya syara’ yang bercokol dalam segala
kondisinya, tentu ia mudah digndeng kerusakan dan kebinasaan.
Beramallah,
bertekunlah jangan merasa berat pada amal, karena meningggalkan amal bisa
mendatangkan sikap tamak, sedang berberat amal berarti sombong dan menipu. Di
antara manusia ada yang berpihak di antara surga dan neraka, jika kamu arif,
berarti berdiri di antara ciptaan dan Allah, terkadang kamu menaati ciptaan di
lain waktu menaati Allah, kamu penjemput manusia dan memperlihatkan mereka
bentuk-bentuk akhirat; khisabnya dan berbagai sesuatu yang ada di dalamnya,
bukan hanya itu, bahkan kamu menjadi pelopor berita mengenai pengalaman yang
telah kau lihat dan kau saksikan. Hanya berita itu tidak sampai tampak secara
persis.
Manusia sama,
menanti perjumpaan dengan Allah, dalam setiap waktu mereka mengharap-Nya tanpa
merasa gentar hati, karena hal itu sebagai bukti kecintaan mereka; berpisah
sebelum kamu terpisah, meninggalkan sebelum tertinggal, berpindah sebelum
terpindah; keluarga dan seluruh ciptaan tidak membawa manfaat bagimu --- jika
kamu sampai di kubur. Bertaubatlah dalam mengejar sesuatu yang diperbolehkan –
syara – yang berbentuk syahwat.
Wahai manusia,
berwara’lah dalam segala ihwalmu (kondisi) wara’ adalah kiswah
(penutup/kelambu) agama, carilah kiswah dariku untuk agamamu, ikutilah aku
karena aku berada dalam jalur kemuliaan Rasulullah saw. aku adalah sari satu di
antara pengikutnya; meliputi sifat makan, minum, kawin dan segala ihwalnya; dus
tiada sesuatu perilaku yang tidak bersumber dari beliau, aku tidak akan
berhenti mengikutinya hingga sampai terwujud apa yang dikehendaki Allah. Aku
tidak peduli puji atau cela, pembenaran atau penghentiamu, dengan kebaikan atau
keburukanmu dengan kunjunganmu atau pembelakanganmu. Kau tolol, orang tolol itu
tidak memperdulikannya, kalaupun kamu beruntung dan beribadah kepada Allah,
maka ibadahmu tertolak, karena bentuk ibadahmu terlipat oleh sikap tolomu,
sedang segala bentuk ketololan itu perusak. Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa
menyembah Allah di atas ketololan, maka hal itu justru lebih banyak merusak
sesuatu daripada menghasilkan kebaikan.”
Berkaitan dengan
permasalahan ini, tiada kamu beruntung sampai kau mengikuti Kitab Allah dan
sunnah Rasul-nya.
Ada Ulama
berkata : “Siapa tidak punya guru, maka iblis menjadi gurunya. Ikutilah Guru,
Ulama, para pemegang Kitab Allah, sunnah Rasul dan pengamal keduanya, atau
berbaik sangka (husnu ‘dlah)-lah kepada mereka, jalinlah kekeluargaan dengan
mereka tentu kamu beruntung, jika kamu tidak mengikuti Kitab Allah dan Sunnah,
guru serta orang yang memahami isi keduanya, selamanya tentu kamu merugi.
Apa kamu
mendengar ini : “Barangsiapa memperkaya pendapat sendiri, sesatlah ia.” Olahlah
jiwamu dengan menjalin pesahabatan dengan orang-orang yang lebih
pandai daripadamu, sibukkan untuk berbaik bersamanya, lalu operkan kepada yang
lain. Nabi saw. bersabda :
“Mulailah dengan
dirimu sendiri, kemudian orang yang ada di sekitarmu.”
Lalu Sabdanya :
Tidak ada
shadaqah sedang kamu punya saudara yang membutuhkan.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :