بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
HIKMAH 185-186
185-186.
“LEBIH UTAMA MANA ANTARA BERDO’A
ATAU TIDAK”
٭
رُبّـَماَ دَلـَّهُمُ الاَدابُ علَى تَركِ الطلبِ اِعْتماداً على قِسـمتهِ
واستغالا بذِكرِه عنْ مسـءـلتهِ ٭
185. “ Terkadang Alloh menunjukkan pada
hambanya (para ‘Arif) adabnya seorang hamba untuk tidak meminta/berdo’a karena
menyerah pada kebijaksanaan dan merasa puas dengan pembagian dari Alloh, dan terlalu
sibuk berdzikir sehingga tidak sempat minta-minta”.
Ada sebagian ‘Arifin yang mereka terkadang
terpaksa untuk tidak meminta, dan menyerah pada Alloh dan hanya mengandalkan
pembagian yang sudah ditetapkan Alloh dizaman ‘azal.
Para ulama ada yang
berbeda pendapat tentang lebih utama mana antara meminta/berdo’a atau
diam/tidak meminta.
Ada yang berpendapat: lebih utama berdo’a, karena
berdo’a itu bagian dari ibadah, dan mengerjakan perkara yang disebut ibadah itu
lebih utama daripada meninggalkannya.
Sebagian berpendapat :
diam dan tidak berdo’a dan merasa puas dan ridho dengan berlakunya hukum
(qodho’) itu lebih sempurna dan diridhoi, karena sesuatu yang sudah dipilihkan
Alloh untuk kita itu lebih itu lebih utama daripada pilihan kita. Dalam hidist
qudsi Alloh berfirman : barang siapa
tersikkan dzikir kepadaKu dan meninggalkan meminta kepadaKu, Aku akan memberi
yang terbaik dari apa yang Aku berikan pada orang yang meminta.
Dan ada yang berpendapat: waktu itu
berbeda-beda, adakalanya lebih utama berdo’a dan adakalanya lebih baik diam,
sebagaimana yang dikatakan Syeih Abul-Qosim Al-Qusyairi ra.
Apabila hati lebih
condong kepada do’a, maka lebih baik berdo’a, dan apabila hati lebih condong
diam, maka diam dan tidak berdo’a lebih baik,. Apabila hati lebih condong
kepada ridho, dan puas dengan pembagian dan pilihan dari Alloh, dan lebih
memperbanyak dzikir itulah adab tatakrama yang utama.
٭ إنّـَما
يُذَكَّرُ من يجُوزُ لهُ الاِغْـفالُ وإنّـَما ينبـَّهُ من يُمْكنُ لهُ الاِهمالُ
٭
186. “ Sesungguhnya yang harus diingatkan itu
hanya orang yang mungkin lupa, dan yang harus ditegur itu hana orang yang
mungkin teledor(sembrono)”.
Apakah mungkin Alloh itu lupa? Kok harus
dingingatkan dengan meminta, Dan apakah mungkin Alloh itu teledor, sehingga
tidak memperhatikan hambanya? Itu tidak mungkin, dan itu muhal bagi Alloh. Maka bagi para ‘Arif meninggalkan meminta itu
bagian dari adab tatakrama kepada alloh.
Syeih
Abu Bakar Al-Wasithi ra. Ketika diminta mendo’akan muridnya, lalu ia berkata: Saya
kuatir kalau saya berdo’a, lalu ditanyakan kepadaku begini: kalau kamu meminta
kepadaKu (Alloh) apa yang menjadi hakmu, berarti engkau curiga kepadaKu, dan bila kau meminta apa yang bukan menjadi
hakmu, berarti engkau telah menyalahgunakan kewajibanmu untuk memuji
kepadaKu, dan bila kau ridho maka Aku
akan menjalankan padamu apa yang sudah Aku tetapkan pada masa yang sudah
lalu(zaman ‘Azal).
Syeih Abdulloh bin Munazil berkata: sejak lima
puluh tahun saya tidak pernah berdo’a meminta kepada alloh, juga tidak ingin di
do’akan oleh oranglain. Sebab segala sesuatu berjalan menurut apa yang telah
ditetapkan oleh Alloh dizman ‘azal, dan saya sudah merasa puas dengan itu.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :