بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
HIKMAH 179-182
179-182.
“DO’A BUKAN PENYEBAB ALLOH MEMBERI”
٭
لا يَكُنْ طَلَبُكَ تَسَـبُّـبًا اِلى العَطَاءِ مِنْهُ فَيَقِلَّ فَهْمُكَ عَنْهُ
وَاليَكُنْ طَلَبُكَ لاِظْهارِ العُبُودِ يَّةِ وَقياماً بِحُقُوقِ الرُّبُوبيَّةِ
٭
179. “ Jangan sampai
do’a permintaanmu itu engkau jadikan alat/sebab untuk mencapai pemberian Alloh
(jangan punya i’tiqod bahwa pemberian Alloh itu sebab do’amu), niscaya akan
kurang pengertianmu(makrifatmu) kepada Alloh, tetapi hendaknya do’a
permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukkan kerendahan, kehambaanmu dan
menunaikan kewajiban terhadap keTuhanannya Alloh.”
Alloh swt. Telah memerintahkan hambanya untuk berdo’a dan meminta
kepadaNya, tujuan utamanya hanya supaya hamba benar-benar menunjukkan sifat
fakir, hina dan bodohnya dihadapan Alloh, bukan untuk sebab/alat menghasilkan
apa yang diminta.
Hikmah dan pemahaman ini bagi orang yang sudah Arif billah, yang mereka
tidak pernah berhenti dan bosan meminta kepada Alloh, walaupun tidak diberikan
apa yang diminta, bagi mereka antara diberi atau tidak itu sama saja, sehingga
mereka selalu menjadi hamba Alloh dalam segala keadaan.
Syeih Abul Hasan As-Syadzily ra.
Berkata: Janganlah yang menjadi tujuan dari do’amu itu tercapainya hajat
kebutuhanmu, maka jika demikian berarti engkau terhijab dari Alloh, tetapi
seharusnya tujuan do’a itu untuk munajat kepada Alloh, yang memeliharamu,
menciptakan dirimu. Dan bala’ dan bencana yang memaksa engkau berdo’a kepada
Alloh, itu lebih baik daripada menerima nikmat kesenangan yang melupakan kepada
Alloh dan menjauhkan daripadaNya.
٭
كَيْفَ يَكُونُ طَلَبُكَ اللاَّحِقَُ سَبـبًا فى عَطَاءِـهِ السَّابِقِ ٭
180. “Bagaimana mungkin
permintaanmu yang datang belakangan, itu bisa menjadi sebab pemberian Alloh
yang telah ditetapkan dan diputuskan lebih dahulu.”
٭
جَلَّ حُكْمُ الاَزَلِ اَنْيُضَافَ اِلى الْعلَلِ ٭
181. “ Maha suci
hukum(putusan) Alloh yang telah pasti dalam azal, jika disandarkan kepada sebab
musabab(‘ilat).”
Sungguh tidak masuk akal kalau permintaan kita yang baru sekarang, itu
menjadi sebab pemberian Alloh yang sudah lalu. Sesungguhnya keputusan Alloh
dalam menentukan peraturan alam ini sudah ditentukan/tetapkan dalam zaman ‘azal
sebelum adanya alam ini, dan termasuk juga segala kebutuhan hajat hidup semua
makhluk termasuk kita manusia, artinya sebelum kita meminta sesungguhnya Alloh
sudah menentukan apa yang diberikan kepada kita. Yakni Alloh sudah memberi sebelum
kita meminta. Sebagai contoh kita tidak/belum pernah meminta hidup tapi Alloh
sudah memberi kehidupan, sewaktu kita masih dalam alam kandungan sampai kita
lahir, dan dimasa kanak-kanak, kita belum pernah meminta bahkan belum tahu
caranya meminta hajat kebutuhan kita, Alloh sudah terlebih dahulu memberikan
semua hajat kebutuhan kita sehingga kita bisa hidup sampai sekarang, dan itu
sama berlaku seterusnya.
Karena itu jangan mengira seolah-olah Alloh lupa dengan hajat
kebutuhanmu, sehingga kamu harus mengingatkan Alloh supaya memberikan hajat
kebutuhanmu. Kalau memang demikian kepercayaanmu terhadap Alloh, berarti
benar-benar engkau belum mengenal Alloh dalam sifat kesempurnaanNya.
Segala sesuatu yang terjadi
dialam ini, semata-mata dari qudrat dan irodatnya Alloh secara mutlak, sehingga
tidak disandarkan pada ‘ilat/sebab musabab (karena ini dan itu).
٭
عِنَايَـتـُهُ فِيْـكَ لالِشَْىءٍ مِنْكَ وَايْنَ كُنْتَ حِينَ وَاجَهَـتـْكَ عِنَـَايَتـُهُ
وَقَا بَلَتـْكَ رِعَايَتـُهُ لَمْ يَكُنْ فِى اَزَلِهِ اِخلاََصُ اَعْماَلٍِ
وَلاَ وُجُدُ اَحْوَالٍ بَلْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ الاَّ مَحْضُ الاِفْضال وَعَظيمُ
النَّوّالِ ٭
182. “ Pemberian dan
perhatian Alloh kepadamu itu bukan karena sesuatu yang keluar/muncul dari
kamu(seperti do’a dan amal sholih), buktinya: dimanakah kamu ketika Alloh
menetapkan karunianya kepadamu dizaman ‘azal? ( dizaman ‘azal kamu dimana? Kamu tidak ada, kamu
juga tidak berbuat apa-apa), disaat itu(zaman
‘azal) tidak ada do’a atau amal yang
ikhlas atau akhwal, bahkan tidak ada apa-apa ketika itu kecuali hanya
semata-mata anugerah karunia dan pemberian Alloh yang agung.”
Alloh sudah melengkapi dan memenuhi hajat kebutuhan kita disaat kita
sendiri belum mengerti apa saja kebutuhan kita, maka dari itu coba kita
pikirkan dan perhatikan perhatian dan pemberian Alloh pada kita semenjak kita
masih berupa air mani, sama sekali kita belum bisa berdo’a dan beramal, tetapi
perlengkapan yang diberikan Alloh kepada kita tidak berkurang sedikitpun, dan
selanjutnya hingga kita lahir, masa kanak-kanak, dewasa dan tua, karunia dan
pemberian serta perhatian Alloh kepada kita tidak berubah. Dan semua itu tidak
bersandar pada amal atau do’a kita. Tapi semata-mata kekuasaan dan kehendak
Alloh yang mutlak.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :