بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
HIKMAH 141-143
141-143.
“WUSHUL ITU SEBAB KARUNIA DARI ALLOH DAN DITUTUPINYA CELA KITA”
٭
ولولا انك لاتصل اليه الابعد فناء مساويك ومحودعاويك لم تصل اليه ابدا ولكن اذااراد
ان يوصلك اليه غطى وصفك بوصفه ونعتك بنعته
فوصلك اليه منه اليك لابمامنك اليه ٭
141. “Andaikata engkau mempunyai anggapan tidak akan sampai kepada
Alloh(wushul), kecuali setelah habis lenyap semua dosa-dosa dan kotoran hatimu,
niscaya kamu tidak akan sampai (wushul) kepada Alloh selamanya. Tetapi jika
Alloh menghendaki menarik menyampaikan kamu kepadaNya,Alloh akan menutupi
sifatmu dengan sifatNya,dan kekuranganmu dengan karunia kekayaanNya, Alloh
menyampaikan kamu kepadaNya dengan apa yang diberikan Alloh kepadamu,bukan
karena amal perbuatanmu yang enkau hadapkan kepadaNya”.
Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra. berkata: seorang
waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh,jika ia masih ada syahwat/kesenangan
nafsu, atau masih mengatur dirinya atau masih usaha ikhtayar(memilihkan
dirinya).seumpama Alloh membiarkan hambanya dengan pilihannya,pengaturannya
atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul(sampai
kepada Alloh) jika Alloh akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di
tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga mati kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan
segera menyerah pasrah kepada Irodah dan keputusan pemberian Alloh. Maka dengan
itu ia sampai kepada Alloh karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya
sendiri, Wushul karena karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada
Alloh.
٭
لولا جميل ستره لم يكن عمل اهلا للقبول ٭
142.”Andai kata tidak ada baiknya tutup dari Alloh (andaikata Alloh
tidak menutupi kekurangan dan kesalahan dalam semua amal hamba) niscaya tidak
ada amal yang layak untuk diterima”.
Sebab syarat untuk diterimanya amal itu adalah ikhlas, tulus kepada
Alloh,tetapi manusia diuji dengan sombong diri, merasa sudah cukup amalnya, dan
lebih jelek lagi bila ia riya’ dengan amalnya,dan mengharap pujian atas amal
perbuatannya. Karena demikian watak tiap hamba, maka sulit untuk diterima amal
perbuatannya, kecuali hanya mengharap rohmat karunia Alloh semata.
Syeih Abu-Abdulloh Al-Quraisyi berkata: Jika
Alloh menuntut mereka tentang keikhlasan, maka lenyaplah semua amal perbuatan
mereka, maka apabila telah lenyap semua amalnya, bertambahlah hajat kebutuhan
mereka, maka dengan itu mereka lalu melepaskan diri dari bergantung kepada
segala sesuatu, dan apabila ia telah bebas dari segala sesuatu kembalilah
mereka kepada Alloh dalam keadaan bersih dari segala sesuatu.
Jadi para murid/salik dalam perkara wushul
kepada Alloh, itu harus bergantung pada anugerah dan pemberian Alloh. Jangan
sampai mengandalkan amal ibadahnya sendiri.
٭
انت الى حلمه اذا اطعته احوج منك الى حلمه اذاعصيته ٭
143. “Engkau lebih membutuhkan kesantunan,
maaf dan kesabaran Alloh ketika engkau berbuat taat (ibadah), melebihi dari
pada kebutuhanmu ketika engkau berbuat maksiat/dosa”.
Kemuliaan seorang hamba hanya ketika bersandar diri kepada Tuhannya.
Dan hina/jatuhnya seorang hamba bila ia telah melihat dan berbangga dengan
dirinya sendiri. Sedang manusia ketika berbuat taat, merasa dirinya sudah baik
lalu bangga dengan amal perbuatannya sendiri, sombong dan merendahkan orang
lain. Padahal amal perbuatannya jika dikoreksi keikhlasannya tidaklah mungkin
akan diterima, bahkan amal itu semua hanyalah amal yang palsu dan tidak ada
harganya disisi Alloh.
Alloh telah menurunkan
wahyu kepada seorang NabiNya: “Beritahukan kepada hamba-hambaKu yang
shiddiqin(sungguh-sungguh dalam beribadah kepadaKu), janganlah kamu tertipu
oleh kesombongan dengan amal perbuatanmu itu, karena apabila Aku menegakkan
benar-benar keadilanKu pasti Aku akan menyiksa mereka mereka dan bukan suatu
kedholiman terhadap mereka. Dan katakana kepada hamba-hambaku yang telah berbuat
dosa, : Jangan kamu berputus asa dari rahmatKu, sebab tidak ada suatu dosa yang
tidak dapat ku ampunkan.
Syeih abu-Yazid al-Busthomy berkata: Taubat
karena berbuat maksiat itu cukup hanya sekali, sedangkan taubat setelah berbuat
taat harus seribu kali, sebab taat yang diliputi oleh ‘ujub, sombong itu
berubah menjadi maksiat yang besar, dan orang tidak akan menyadarinya.
Sebagaimana jatuhnya iblis dari singgasananya.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :