MUQODDIMAH
Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiimi
Kepada-Nya kita memohon pertolongan
Segala puji bagi Allah, Yang Awal
sebelum segala sesuatu, dan yang Menciptakan segala sesuatu. Segala Puji Bagi
Allah yang Akhir sesudah segala sesuatu, dan yang Mewarisi segala sesuatu.
Segala Puji bagi Allah Yang Tampak bagi segala sesuatu, dan Yang memelihara
segala sesuatu. Segala Puji Bagi Allah Yang Tersembunyi di balik Segala
sesuatu, dan Yang meliputi dari belakang segala sesuatu. Semoga Allah
melimpahkann Shalawat kepada Musthafa, sebagai Penutup Para Nabi, juga kepada
keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Berkata Asy-Syeikh al-Imaam al-Aalim
az-Zaahid al-Wara’, Al- Haarits bin Asad al-Muhaasibi, ra. Sebagai petuah
kepada saudara-saudaranya sesama Mukmin sekaligus sebagai pembinaan moral bagi
para Murid, yakni orang-orang yang berharap kepada Allah SWT: “Telah sampai kepada kami bahwa
umat ini akan terpecah menjadi lebih daru tuju puluh golongan, salah satu di
antaranya ialah kelompok yang selamat.” Hanya Allah saja yang mengeteahui seluruhnya. Setiap
saat dalam umurku, aku senantiasa memikirkan perpecahan di antara umat. Aku
mencari metode yang jelas dan jalan yang terarah. Aku menuntut ilmu serta amal,
dan mencari dalil utuk jalan ke akhirat dengan bimbingan para Ulama. Aku telah
banyak memahami tentang Firman Allah “Azza wa Jalla melalui takwil para
Fuqahaa. Aku merenungkan keadaan umat , dan memikirkan mazhab-mazhab serta
aliran-aliran mereka, sehingga aku pun memahami hal semikian sesuai dengan
kemampuanku. Aku berpendapat ternyata perselisihan di antara mereka merupakan
samudra yang amat dalam, tiada sedikit jumlah orang yang tenggelam di dalamnya,
hanya sebagian kecil saja yang selamat. Lalu aku juga melihat setiap kelompok
di antara mereka, selalu merasa yakin tentang keselamatan orang yang mau
mengikuti mereka, dan kelompok yang celaka itu adalah yang tidak sejalan dengan
mereka.
Aku melihat, bahwa manusia ada
beberapa macam. Di antara mereka ada yang mengetahui perkara akhirat, namun
utuk menemukan manusia seperti ini cukup sulit, karena
keberadaannya memang langka. Lalu di antara mereka ada yang bodoh. Tentu
saja menjauhinya merupakan keuntungan. Dan di antara mereka ada yang berlagak
seperti ulama, tetapi ia dimabukan olah dunia dan lebih memprioritaskannya.
Kemudian, ada lagi penyandang ilmu yang berhubungan dengan Agama, namun dengan
ilmunya, ia mencari penghargaan dan kedudukan, dan Agamanya ia
manfaatkan untuk meraih kehormatan dunia. Ada pula yang menyandang ilmu, tetapi
ia tidak mengetahui tekwil mengenai apa yang di sandangnya itu. Lalu di antara
mereka pula, ada yang berlagak sebagai Zahid, tetapi ia mengkomersialkan
kebaikan yang justru tidak pernah mencukupinya. Di antara mereka ada yang
dianggap memiliki akkal dan kecerdasan tapi ia kehilangan sikapa Wara’ dan
ketaqwaan. Di antara mereka ada yang saling mencintai sehingga mereka bersatu
berdasarkan hawa nafsu, dengan dunia mereka saling menukar, dan kepada
jabatannya mereka mencari. Selanjutnya, di antara mereka ada yang merupakan
setan dalam rupa manusia; terhadap akhirat mereka menghalangi, kepada dunia
mereka berlomba-lomba memperebutkannya, Mereka bersegera dalam mengumpulkan
dunia dan gemar memperbanyaknya.
Lantas, aku pun menyelidiki dan
menimbang-nimbang diriku di antara meraka, maka sempitlah dadaku, sehingga aku
pun bertekad untuk mencari bimbingan dari orang-ornag yang mendapat petunjuk
demi mencari kebenaran dan petunjuk.
Aku mencoba mencari tuntunan melalui
ilmuku. Aku berfikir; dan lama menimbang-nimbang, sehingga akhirnya jelaslah
bagiku di dalam Kitabullah, di dalam Sunnah Nabi-Nya, dan di dalam Ijma’ umat
bahwa mengikuti hawa nafsu itu membutakan hati dari petunjuk, menyesatkannya
dari kebenaran serta memperpanjang keberadaannya dalam kebutaan.
Maka mulailah aku mengikis keinginan
rendah dari hatiku, lalu berhenti dari perselisihan umat, kembali mencari
kelompok yag selamat dalam keadaan penuh kewaspadaan terhadap keinginan nafsu
yang rendah dan dari kelompok yang celaka; berhati-hati dari sikap terburu-buru
menerima sesuatu sebelum mendapatkan penjelasan. Dan aku pun mencari jalan keselamatan
untuk kebahagiaan diriku.
Jalan keselamatan. Kemudian aku
menemukan melalui Ijma” umat dalam Kitabullah yang diturunkan, bahwa cara
menempuh jalan keselamatan adalah dengan Taqwa kepada Allah SWT. Mellaksanakan
segala yang fardhu, bersikap Wara” baik terhadap yang halal, yang haram, maupun
terhadap seluruh hukum; dan bersikap ikhlas kepada Allah SWT dalam menaati-Nya
serta meneladani Rasul Nya saw.
Maka aku pun mempelajari yang fardhu dan yang
sunnah itu dari para ulama yang mendalami hadis, dan di sini aku juga menemukan
kesepakatan dan perbedaan. Hanya saja mereka umunya bersepakat bahwa ilmu
tentang segala yang fardhu dan sunnah itu berada di tangan para
ulama yang mengenal Allah serta perintah-Nya, yang memahami tentang Allah
dengan keridhaan-Nya, yang bersikap Wara” dari segala yang dilarang-Nya, yang
meneladani jejak Rasulullah saw, dan lebih mengutamakan akhirat daripada dunia.
Mereka inilah yang berpegang pada perintah Allah SWT. Dan Sunnah para
Rasul-Nya.
Lalu aku mencari mereka di tengah-tengah umat dan menyusuri jejak
mereka demi menimba ilmu dari mereka. Namun aku menemukan bahwa jumlah mereka
amat sedikit di antara yang sedikit, bahkan ilmu mereka pun mulai terkiskis.
Kondisinya persis sebagaimana yang telah digambarkan oleh Rasulullah swat.
Melalui sabda beliau : “Mulanya
Islam itu asing dan akan kembali asing seperti semula, maka beruntunglah orang
yang asing.”
Mereka adalah kaum yang menyendiri dengan Agama meraka, sehingga amat besarlah
bencana yang menimpaku karena kehilangan petunjuk jalan yang suci. Padahal aku
khawatir kalau tiba-tiba kematian menjemputku sedang aku masih dalam keadaan
bimbang pada usiaku akibat perpecahan di antara umat.
Lantas aku memutuskan untuk mencari
salah seorang di antara mereka, yang tidak ada jalan lagi buatku kecuali harus
menemukannya. Aku tidak mau lengah dalam kewaspadaan, tidak pula dalam nasihat.
Akhirnya Yang Maha Pengasih terhadap hamba-hambanya menakdirkan aku untuk
berjumpa dengan sekelompok kaum yang memiliki tanda-tanda ketakwaan, panji-panji
ke Wara’ an dan lebih mengutamakan akhirat daripada dunia pada diri mereka. Aku
mendapatkan arahan dan wejangan mereka sesua dengan perilaku para Imam yang
mendapat petunjuk. Mereka sepakat menasihati umat, tidak memberikan peluang
kepada seseorang untuk berbuat maksiat, tidak pula membuat orang frustasi dari
Rahmat-Nya. Mereka senantiasa rela dengan kesabaran dalam susah dan senang;
rela dengan takdir dan bersyukur atas segala nikmat. Mereka mengajak
hamba-hamba mencintai Allah dengan mengingatkan mereka tentang Pertolongan dan
Kebaikan-Nya serta menganjurkan mereka untuk kembali Ke pada-Nya. Mereka
memahami benar tentang Ke Agungan Allah dan ke Maha Kuasa an-Nya. Mengerti
tentang Kitab dan Sunnah-Nya, mendalam ilmu Agama-Nya, serta mengerti akan apa
yang disukai dan dibenci. Mereka menjaga diri dari bid’ah dan hawa
nafsu, meninggalkan langkah yang terlalu jauh dan sikap ekstrim. Mereka
membenci perdebatan dan pertengkaran. Mereka menghindari umpatan, aniaya dan
riya. Mereka melawan hawa nafsunya, melakukan instropeksi terhadap diri mereka,
mengendalikan tubuh mereka, dan bersikap hati-hati dalam hal makanan, pakaian
dan semua kondisi mereka. Mereka menjauhi subhat, dan meninggalkan
syahwat. Mereka puas dengan kecukupan dalam makanan, bersedikit dalam hal yang
mubah, zuhud terhadap yang halal, khawatir terhadap hisab, takut terhadap hari
yang di janjikan, sibuk dengan Tuhan mereka, dan mencela diri mereka dengan
tidak melibatkan orang lain. Setiap orang di antara mereka mempunyai urusan
yang cukup merepotkan mereka. Mereka adalah orang yang mengerti tentang
perkiraan akhirat dan situasi di hari kiamat, mengetahui tentang keberlimpahan
pahala dan kepedihan siksa. Itulah yang membuat mereka senantiasa sedih dan
gelisah, dan itu pula yang melupakan mereka dari urusan dunia serta
kenikmatannya.
Mereka telah menyebutkan beberapa
moralitas agama dan menetapkan beberapa batasan wara” yang membuat dada orang
sepertiku menjadi sempit. Sehingga tampaklah kepadaku keutamaan mereka dan
jelaslah bagiku kesetiaan mereka, dan aku pun yakin bahwa merekalah yang
benar-benar beramal untuk jalan akhirat dan meneladani Rasulullah saw. Akhirnya
aku menjadi tertarik kepada madzab mereka demi mencari manfaat dari mereka,
menerima etika mereka dan ingin mengikuti mereka. Maka Allah SWT. Pun
membukakan untuk ku suatu ilmu yang telah jelas di hadapan ku akan
bukti-buktinya. Dia Anugerah-Nya telah menerangiku dan akupun berharap
keselamatan bagi mereka yang mendekatinya atau bergabung dengannya. Aku
meyakini pertolongan bagi orang-orang yang mengamalkannya dan melihat
kejanggalan pada orang yang menyalahinya. Aku melihat karat bertumpuk menutupi
hati orang yang tidak mau mengerti dan mengingkarinya. Dan aku melihat hujah
yang besar bagi orang yang memahaminya. Akhirnya aku berpendapat bahwa bergabug
serta mengamalkan hukum-hukum-Nya adalah wajib untuk ku. Aku yaknini itu di
dalam hati, aku berniat dengan nurani dan aku jadikan ia dasar untuk agama ku
agar aku bangun di atasnya amal perbuatan dan menguasai keadaan.
Aku memohon kepada Allah “Azza wa
jlla” semoga mengaruniakan kepada ku kesyukuran terhaap nikmat yang telah Dia
berikan kepada ku. Semoga Allah SWT memberiku kekuatan untuk melaksanakan
hukum-hukum Nya yang telah aku kenal, seiring dengan pengenalanku akan
keteledoran terhadap hal demikian, karena aku sadar bahwa aku tidak mempu
mencapai kesyukuran yang sempurna selama-lamanya.