بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
BIOGRAFI
MUADZIN ROHMAT (MAT CIL)
Bagi
para santri di Pesantren-pesantren yang ada di Kauman Jekulo Kudus atau di
kenal dulu dengan pondok Bareng, dan juga masyarakat sekitar jekulo, tentu
tidak asing lagi dengan Alunan Adzan panggilan waktu Shalat, yang terdengar
syahdu di Masjid Baitus Salam di lingkungan Pondok, Kauman Jekulo Kudus. Suara
merdu itu, keluar dari sosok tua, Mbah Rohmat yang telah lama mengabdikan diri
di Masjid kebanggaan orang Jekulo itu. Istimewakah alunan Adzan dari seorang
muadzin ini? Berikut penuturan Mbah Rohmat yang lebih dikenal dengan sebutan
Mbah Mat cil.
Wajah berkerut, cekung
dadanya dan kurus tubuhnya. Inilah gambaran sosok dari Mbah Rohmat yang telah
bertahun-tahun mengabdikan dirinya sebagai Muadzin Masjid Baitus Salam Jekulo Kudus
selama 40 tahun.
Sekilas
bagi orang awam yang tidak mengenalnya mungkin akan menganggap dirinya biasa
saja. Namun tidak bagi masyarakat yang tinggal disekitar kediamannya. Hamper
semua orang di Desa Jekulo dekat dengan Pasar Bareng lama tidak asing degan
namanya. Beberapa penduduk yang berada di sekitar pasar Bareng sangat mengenal
sosok yang bernama Rohmat itu. Tanpa ragu-ragu mereka menemukan arah tempat
tinggal si Muadzin ini.
Begitu
pula saat memasuki gang yang sudah
mendekati tempat tinggalnya. Penduduk langsung megenali hamba Allah ini.
Rumahnya terletak agak menjorok ke dalam, dan untuk menuju ke rumah anda harus
melewati halaman rumah orang lain. Bila dibandingkan dengan rumah tetangga
kanan kirinya, kondisi rumah si muadzin sangat sederhana sekali.
Dengan
berasitektur model rumah jawa, serta berbatasan dengan sungai membuat rumahnya
sangat nyaman dan adem. Belum lagi masih terdengar suara Kambing bersaut-sautan
membuat suasana terasa benar-benar berada di Pedesaan. Suasana yang
sederhana ini, tercipta saat memasuki ruang tamunya. Didukung dengan alas
rumahnya masih alami terbuat dari tanah serta kursi tamunya yang berjumlah lima
buah.
Kesederhanaan
nampak pada diri Rohmat si Muadzin yang tersohor di Desanya. Dengan mengenakan
batik kuning berlengan panjang dan dipadukan dengan celana kain coklat yang
terlihat sudah kusam dan berkacamaa tebal selayaknya seorang kakek tua.
Kesederhanaanya
saja masih dipancarkan dari penampilannya mulai dari sarung yang melilit
dipinggangnya ditambah dengan kopiahnya yang berwana merah dan terkesan sudah
dimakan waktu.masih ditambah dengan gaya bahasanya yang kelam dan dan beraksen
Jawa asli. Meski penampilan dan kondisi rumahnya yang sederhana, tapi di dalam
dirinya mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain dalam soal
urusan akhirat. Ini terbukti dari kesohorannya dalam pengabdianya dan syiar
agama melalui seruan Adzan yang dikumandangkan di Masjid Baitus Salam Kauman Jekulo
Kudus. Rohmat menuturkan awal muasal dirinya memili menjadi Muadzin dimulai
pada tahun 1965 M.
“Nanging
kaliyan panitia Masjid dados perawatan taun 1971 (Tapi ditunjuk jadi panitia
Masjid tahun 1971),” ujar Rohmat denga nada kalem.
Dikatakannya
dirinya sudah sejak kecil berada dilingkup Pondok sekitar Masjid Kauman. “Kulo
riyen nate ngumani Kiai Yassin pas taseh alit, lan ngaos kaleyan Mbahe KH
Syafik Nashan `KH Dahlan` (saya dulu pas masih kecil Kiai Yasin
kharismatik masih hidup dan belajar mengaji pada kakekya KH Syafik Nashan),”
tuturnya.
Dan
berdasarkan latar belakangnya yang sejak kecil kental dengan ajaran Agama
membuat Rohmat tumbuh menjadi pemuda yang benar-benar menjalankan syariat
agama. Hal ini terlihat dari penuturannya telah menjadi Muazin lebih dari empat
puluh tahun. “Kawit taun 1971 ngantos taun 2001 kulo tetep Adza Shalat limang
wektu. (sejak tahun 1971 sampai tahun 2001 saya etap Adzan d Masjid Shalat lima
waktu),” ungkapnya. Menurutnya dalam kurun waktu tersbut dirinya tidak
pernah digantikan orang lain. Hal ini benar-benar pecaha rekor. Dan ini dibenarkan
KH Syafik Nashan saat dihubungi Radar Kudus kemarin. Meski tidak pernah
diganti, Rohmat mengaku tidak sendirian dalam menjalankan tugasnya sdi Masjid.
“Kilo kaleyan Pak Dahlan. Nanging sing Adza terus bagian Masjid iku kulo.
Engkang liyanipun Pak Dahlan. (saya dengan Pak Dahlan. Tapi yang
Adzan dan bagian Masjid itu saya dan lainnya Pak Dahlan.)” jelas Romat.
Mengeai
perhatian pengurus Masjid, Mbah Rohmat mengakui ada. “Pas kulo diangkat resmi
dados Muadzin, kulo kaleyan Pak Dahlan diparingi bisaroh sawah sebahu kagem
tiyang kaleh. (saat saya diangkat resmi jadi petugas Adzan, saya dengan teman
saya Dahlan diberi semacam bisaroh sawah sebahu untuk dua orang.) paparnya.
Dijelaskannya meski tidak mendapatkan imbalan, Mbah Rohmat tetap menjalankan
rutinitas ibadahnya, termasuk mejadi Muadzin yang dalam dua tahun terachir ini
sudah tidak digelutinya lagi dikarenakan sakit paru-paru.
Adzan, punya arti seruan
pemberitahuan. Sedangkan menurut Syara`, Adzan berarti seruan
pemberitahuan tentang tibanya waktu Shalat fardlu, yang menggunakan lafadh.
Dari pengertian itu, dapat ditarik kesimpulan, Adzan pada hakikatnya merupakan
seruan panggilan pada umat muslim utuk segera darang menuaikan ibadahya.
Jangan
heran, kebanyakan para Muadzin di Masjid berusaha melakukan seruan panggilan
itu, dengan melagukan Adza. Namun, tidak demikian dengan Muadzin di
Masjid Baitus Salam Bareng. Di Masjid ini, para Muadzin ternyata memiliki
ke-Khasan dalam mengumadagkan Adzan termasuk yang dilakukan Rohmat. Lantas apa
keistimewaannya?
Menururut
cerita, konon di Masjid ini para Muadzin jarang melagukan Adzannya. Hal ini,
diakui Rohmat, salah satu Muadzin yang sekarag sudah tidak beradza lagi,
dalam kurun waktu empat tahun belakangan dikarenaka sakit paru-paru.
“Wonten Masjid meriki, dilarang melaguk-ke Adzan. (Di Masjid sini, dilarang
melagukan Adzan)” ujarnya. Dijelaskan Mbah Rohmat, larangan tersebut muncul
pada zaman Kiai kharismatik Kiai Yasin di daerah Bareng (Jekulo) masih hidup.
Semasa hidupnya, Kiai itu melarang Adzan ntuk dilagukan. Ketika ditanya dasar
larangan tersebut muncul, Mbah Rohmat dengan polos menjawab tidak tahu.
“Nanging Almarhum Kiai Yasin, nglarang Adzan dilaguake kerono nganut ajara Imam
Syafi`i. (Tapi Kiai Yasin melarang Adzan dilagukan dikarenakan menganut AJARAN
Imam Syafi`i, Red),” ungkapnya. Larangannya itu, tampaknya tetap berlaku sampai
kapan pun. Sebab, lanjut Mbah Rohmat, larangan tersebut sudah ditulis dalam
plakat dan ditempel di Masjid tersebut. Namun, meski deikian, Masjid ini tidak
menutup bagi orang lain yang ingin mengalunka Adzan. Hanya, siapa pun yang
ingin menyerukan Adzan di Masjid tersebut, harus mematuhi aturan yag berlaku,
yaki tidak boleh melagukan Adzan.
Soal
larangan ini pun, juga diakui KH Syafik Nashan, Ketua MUI Kudus, yang juga
tinggal di sekitar daerah pondok Kiai Yasin Qaumaniyyah. “Sebenarnya, yag benar
Adzannya dilagukan dengan lurus tanpa kelak-kelok,” tuturnya. Menurut Syafiq,
yang menyebutkan orang Adzan tidak boleh dilagukan terlalu panjang melebihi
bacaan Mad tidak itu saja, Adzan juga tidak boleh dilantunkan secara
lenggak-lenggok, seperti halnya orang menyanyi. “Hal tersebut, juga ada dalam
Madzhab Imam Syafi`i, yang melarag bacaan yang seharusnya panjang dipendekkan
dan sebaliknya,” tadasnya. Soal larangan Adzan dilagukan, jelas Syafiq,
dikhawatirkan bias merubah Arti atau Lahn, dan tidak sesuai lagi dengan ilmu
Tajwid dan makna sesungguhnya akan hilang. Dikatakannya, Adzan itu pada
hakikatnya mengajak orag untuk Shalat. Bila dilagukan, dikhawatirkan tidak bisa
megena, disamping itu juga kurang menyentuh sasaran sehingga ajakan Shalat itu
tidak ditanggapi lagi. “Orang akan tertarik mendengarkan Adzan saja, tanpa
melakukan Ibadah Shalat,” tambahnya.
Lalu
bagaimana nasib Mbah Rohmat setelah pensiun sebagai Muadzin? Dia yang hingga
kini tiggal bersama keponakanya itu,ternyata masih meneruskan kegiatan
mengajinya. Guru yang dipilihnya juga tidak sembarangan. “Kulo tesih sering
wonten Mesjid, menawi ba`da Dluhur ngaos kaleyan Kiai Romli, bada Ashar kaleyan
Kiai Saiq, ba`da Isya` kaleyan Kiai Syafik. (Saya masih serig ke Masji, bila
sehabis Dhuhur mengaji dengan Kiai Romli, sehabis Ashar dengan Kiai Saiq,
sehabis Isya` dengan Kiai Syafik,” teragnya,
Ditambahkan
Mbah Rohmat, semua kegiatan religius yag djalankannya seata-mata dilakkan
dengan niat Lillahi Ta`ala. Sehigga, dia pun tidak terasa berat, dan selalu
berusaha mencari ilmu dengan mengaji, tanpa memperdulikan umur.
Semoga
Allah memanjagkan Umur beliau dalam limpahan Rahmatnya. Dan semoga beliau
termasuk salah satu dari ketujuh orang yag kelak mendapatkan naungan Allah,
sebagaimana Sabda Kanjeng Rasul Shalallahu Alaihi Wasallam. Amin (*)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :