بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Detik-detik Wafatnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Jasadnya
memang sudah terkubur lebih dari delapan abad. Namun nama dan tauladan
hidupnya tetap membekas kuat di kalangan umat Islam. Dialah Syekh Abdul
Qadir al-Jailani, ulama sufi kelahiran Persia yang kemasyhurannya
setingkat dunia.
Syekh Abdul
Qadir terkenal sebagai pribadi yang teguh dalam berprinsip, sang pencari
sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapapun, dan dengan risiko
apapun. Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf, hingga ia
mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan
hidupnya. Jejak Syekh Abdul Qadir juga dijumpai dalam belasan karya
orisinalnya.
Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul
Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir
hayat Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun.
Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan.
”Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepergian ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab.
”Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Jangan takut kepada
siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya. Jangan
berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah,” jawab
sang ayah.
”Aku diumpamakan seperti batang yang tanpa kulit,”
sambung Syekh Abdul Qadir. ”Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang
bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku
bersama dengan batinku.”
Putra lainnya, Abdul Azis, bertanya
tentang keadaannya. ”Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun
kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah,” sahut Syekh Abdul Qadir.
Ketika ditanya Abdul Jabar, putranya yang lain, ”Apakah yang dapat
ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?” Syekh Abdul Qadir menjawab,
”Seluruh anggota tubuhku terasa sakit kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat
sakit, sedang ia benar-benar bersama dengan Allah.”
”Mintalah
tolong kepada Tuhan yang tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Dia.
Dialah Dzat yang hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena
kehilangannya.” Kematian pun segera menghampiri Syekh Abdul Qadir.
Syekh Abdul Qadir al-Jainlani menghembuskan nafas terakhir di Baghdad,
Sabtu bakda maghrib, 9 Rabiul Akhir 561 H atau 15 Januari 1166 M, pada
usia 89 tahun. Dunia berduka atas kepulangannya, tapi generasi penerus
hingga sekarang tetap setia melanjutkan ajaran dan perjuangannya.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :