بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TIGA SUDUT PANDANG TASAWUF (Habib Luthfi Yahya)
Taswuf sumbernya ada tiga; pertama
tasawuf indal akhlaq wal adab, yang kedua tasawuf indal Fuqaha; tasawuf menurut
fuqaha, tasawuf inda ahlil Ma’rifat. Ini yang perlu diketahui. Tasawuf inda
akhlaq wal adab bisa kita terapkan sedini mungkin untuk anak-anak kita.
Terutama makan; pake tangan kanan, di ajari sedini mungkin, masuk kamar mandi
kaki kiri, keluar kaki kanan ini tasawuf akhlak wal adab. Karena sumbernya
tasawuf adalah min akhlaq wal adab, dari pekerti dan tatakrama.
Yang kedua tasawuf indal fuqaha: bagimana fiqih ini tidak berhenti hanya secara
fiqhiah belaka. Contoh orang kalau sudah menjalakan wudhu mau sholat, setelah
dipake shalat wudhunya kemana? Selesai kan?! Nah orang tasawuf tidak mau.
Tasawuf menuntut sejauhmana anda membawa wudhu ini terlepas daripada
kefardhuan yang sudah anda laksanakan. Apakah anda wudhu didalam shalat hanya
terikat oleh syarat-syarat atau hukum-hukum syari’at. Anda dituntut oleh ulama
tasawuf agar wudhumu bisa mewudhui bathiniah Anda atau tidak. Dan
seterusnya. Disinilah hebatnya ilmu tasawuf.
Tasawuf inda ahli ma’rifat, nah disni banyak orang terjebak. Dalam dunia
tasawuf, dalam ilmu ma’rifat mereka yang perbendaharaannya belum mumpuni,
belum mencukupi seringkali terjebak. Akhirnya dia memunculkan analis-analis,
seolah-olah tasawuf berbau Budha tasawuf, berbau Hindu. Karena apa? Mereka
tidak tahu. Ilmu ma’rifatnya saja mereka tidak mengerti, apa sebetulnya
ma’rifat itu. Dari kekosongan itu, mereka belajar menganalis tasawuf;
orang-orang yang sudah ahli Marifat, tinggi sekali, dengan bahasanya yang luar
biasa. Wong dalam Tasawuf fuqaha saja mereka sudah tidak bias
memahami.
Contoh Imam Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al Ghazali menjawab dunia
falsafah, menjawab dunia tauhid aliarn ilmu kalam pada waktu berkembang
macem-macem faham. Dijawab dengan tasawuf fuqaha, yaitu dengan munculnya ‘Ihya
Ulumiddin’.
Mengapa dalam kitab Ihya ulumiddin banyak hadits-hdits maudu’ disamping dhaif.
Karena apa? Pendapatnya ahli falasifah dijawab oleh Imam Al Ghazali
dengan hadits yang maudhu saja, masih lebih baik haidits maudu’ daripada
pendapat-pendapat kaum falasifah. Masih tepat, karena apa? Walaupun ini maudhu,
tapi yang menggunakannya adalah orang-orang yang mengerti ma’rifat kepada
Allah. Makanya disini digunakan oleh Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al
Ghazali.
Sumber :habiblutfiyahya.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :