بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
BAB 3: Pengetahuan Tentang Dunia Ini
Dunia ini adalah
sebuah panggung atau pasar yang disinggahi oleh para musafir di tengah
perjalannya ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan berbagai
perbekalan untuk perjalanan itu. Jelasnya, di sini manusia dengan menggunakan
indera-indera jasmaniahnya, memperoleh sejumlah pengetahuan tentang karya-karya
Allah serta, melalui karya-karya tersebut,
tentang Allah
sendiri. Suatu pandangan tentang-Nya akan menentukan kebahagiaan masa depannya.
Untuk memperoleh pengetahuan inilah ruh manusia diturunkan ke alam air dan
lempung ini. Selama indera-inderanya masih tinggal bersamanya, dikatakan bahwa
ia berada di "alam ini". Jika kesemuanya itu pergi dan hanya
sifat-sifat esensinya saja yang tinggal,dikatakan ia telah pergi ke "alam
lain". Sementara manusia berada di dunia ini ada dua hal yang perlu
baginya.
Pertama, perlindungan
dan pemeliharaan jiwanya; kedua, perawatan dan pemeliharaan jasadnya.
Pemeliharaan yang tepat atas jiwanya, sebagaimana ditunjukkan di atas, adalah
pengetahuan dan cinta akan Tuhan. Terserap ke dalam kecintaan akan segala
sesuatu selain Allah berarti keruntuhan jiwa. Jasad bisa dikatakan sebagai
sekadar hewan tunggangan jiwa dan musnah,
sementara jiwa terus
abadi. Jiwa mesti merawat badan persis sebagaimana seorang peziarah, dalam
perjalanannya ke Makkah, merawat ontanya. Tetapi jika sang peziarah
menghabiskan waktunya untuk memberi makan dan menghiasi ontanya, kafilah pun
akan meninggalkannya dan
ia akan mati di padang pasir.
Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah manusia itu sederhana saja, hanya terdiri dari tiga
hal; makanan, pakaian dan tempat tinggal.
Tetapi nafsu-nafsu jasmaniah yang tertanam di dalam dirinya dan
keinginan untuk memenuhinya
cenderung untuk memberontak
melawan nalar yang lebih belakangan tumbuh dari nafsu-nafsu itu. Sesuai dengan
itu, sebagaimana kita lihat di atas, mereka perlu dikekang dan dikendalikan
dengan hukum-hukum Tuhan yang disebarkan oleh para nabi. Sedangkan mengenai
dunia yang mesti kita garap, kita dapati ia terkelompokkan dalam tiga bagian,
hewan, tetumbuhan dan barang tambah.
Produk-produk dari
ketiganya terus-menerus dibutuhkan oleh manusia dan telah mengembangkan tiga
pekerjaan besar; pekerjaan para penenun, pembangun dan pekerja logam. Sekali
lagi, semuanya itu memiliki banyak cabang yang lebih rendah seperti penjahit,
tukang ba
tu dan tukang besi.
Tidak ada daripadanya yang bisa sama sekali bebas dari yang lain. Hal ini menimbulkan berbagai
macam hubungan perdagangan dan seringkali mengakibatkan kebencian, iri hari,
cemburu dan lain-lain penyakit jiwa. Karenanya timbullah pertengkaran dan
perselisihan, kebutuhan akan
pemerintahan politik dan sipil serta ilmu hukum.
Demikianlah,
pekerjaan-pekerjaan dan bisnis-bisnis di dunia ini telah menjadi semakin rumit
dan menimbulkan kekacauan. Sebab utamanya adalah manusia telah lupa bahwa
kebutuhan-kebutuhan mereka sebenarnya hanya tiga; pakaian,
makanan dan tempat tinggal, dan bahwa kesemuanya itu ada hanya demi menjadikan
jasad sebagai kendaraan yang layak bagi jiwa di dalam perjalanannya menuju
dunia berikutnya. Mereka terjerumus ke dalam kesalahan yang sama sebagaimana
sang peziarah menuju Makkah yang, karena melupakan tujuan ziarah dan dirinya
sendiri, terpaksa menghabiskan
seluruh waktunya
untuk memberi makan dan menghiasi ontanya. Seseorang pasti akan terpikat dan
tersibukkan oleh dunia - yang oleh Rasulullah dikatakan sebagai tukang sihir
yang lebih kuat daripada Harut dan Marut - kecuali jika orang tersebut
menyelenggarakan pengawasan yang paling ketat. Watak penipu dari dunia ini bisa
mengambil berbagai bentuk. Pertama, ia berpura-pura seakan-akan bakal selalu
tinggal dengan anda, sementara nyatanya ia pelan-pelan menyingkir dari anda dan
menyampaikan salam perpisahan, sebagaimana suatu bayangan yang tampaknya
tetap, tetapi kenyatannya selalu bergerak.
Demikian pula, dunia menampilkan dirinya di balik kedok nenek sihir yang
berseri-seri tetapi tak bermoral, berpura-pura mencintai anda, menyayangi anda
dan kemudian membelot kepada musuh anda, meninggalkan anda mati merana karena
rasa kecewa dan putus asa. Isa a.s. melihat dunia terungkapkan dalam
bentuk seorang wanita tua yang
buruk muka. Ia
bertanya kepada wanita itu, berapa banyak suami yang dipunyainya, dan mendapat
jawaban, jumlahnya tak terhitung. Ia bertanya lagi, telah matikah mereka
ataukah diceraikan. Kata si wanita, ia telah memenggal mereka semua. "Saya
heran", kata Isa a.s., "atas kepandiran
orang yang melihat
apa yan gtelah kamu kerjakan kepada orang lain, tetapi masih tetap
menginginimu." Wanita sihir ini mematut dirinya dengan pakaian indah-indah
dan penuh permata, menutupi mukanya dnegan cadar, kemudian mulai merayu
manusia. Sangat banyak dari mereka yang mengikutinya menuju kehancuran diri
mereka sendiri. Rasulullah saw. Bersabda bahwa di
Hari Pengadilan,
dunia ini akan tampak dalam bentuk seorang nenek sihir yang seram, dengan mata
yang hijau dan gigi bertonjolan. Orang-orang yang melihat mereka akan berkata,
"Ampun! Siapa ini?" Maaikat pun akan menjawab, "Inilah dunia
yang deminya engkau bertengkar dan berkelahi serta saling merusakkan kehidupan
satu sama lain." Kemudian wanita itu akan
dicampakkan ke dalam
neraka sementara dia menjerit keras-keras, "Oh Tuhan, di mana pencinta
pencintaku dahulu?" Tuhan pun kemudian akan memerintahkan agar mereka juga
dilemparkan mengikutinya. Siapa pun yang mau secara serius merenung tentang
keabadian yang telah lalu, akan melihat bahwa kehidupan ini seperti sebuah
perjalanan yang babakannya dicerminkan oleh tahun, liga-liga (ukuran jarak,
kira-kira sama dengan tiga mil) oleh bulan, mil-mil oleh hari, dan
langkah-langkah oleh saat. Kemudian, kata-kata
apa yang bisa menggambarkan ketololan manusia yang berupaya untuk menjadikannya
tempat tinggal abadi dan membuat rencana-
rencana untuk sepuluh
tahun mendatang mengenai apa-apa yang boleh jadi tak pernah ia butuhkan, karena
sangat mungkin ia sepuluh hari lagi sudah berada di bawah tanah.
Orang-orang yang
telah mengumbar diri tanpa batas dengan kesenangan-kesenangan dunia ini, pada
saat kematiannya akan seperti seseorang yang memenuhi perutnya dengan bahan
makanan terpilih dan lezat, kemudian memuntahkannya. Kelezatannya telah hilang,
tetapi ketidak-enakannya tinggal. Makin berlimpah harta yang telah mereka
nikmati - taman-taman,
budak-budak laki dan
perempuan, emas, perak dan lain sebagainya - akan makin keraslah mereka rasakan
kepahitan berpisah dari semuanya itu. Kepahitan ini akan terasa lebih berat
dari kematian,
karena jiwa yan telah menjadikan ketamakan
sebagai suatu kebiasaan tetap akan menderita di
dunia yang akan
datang akibat kepedihan nafsu-nafsu yang tak terpuasi. Sifat berbahaya lainnya
dari benda-benda duniawi adalah bahwa pada mulanya mereka tampak sebagai
sekadar hal-hal sepele, tetapi hal-hal yang dianggap sepele ini masing-masing
bercabang tak terhitu
ng banyaknya sampai
menelan seluruh waktu dan energi manusia. Isa a.s.
bersabda: "Pencinta dunia ini seperti
seseorang yang minum air laut; makin banyak
minum, makin hauslah
ia sampai akhirnya mati akibat kehausan yang tak
terpuasi,"
Rasulullah saw. bersabda: "Engkau tak bisa lagi bercampur dengan
dunia tanpa terkotori
olehnya, sebagaimana engkau tak bisa menyelam dalam air tanpa menjadi
basah".
Dunia ini seperti
sebuah meja yang terhampar bagi tamu-tamu yang datang dan pergi silih berganti.
Ada piring-piring emas dan perak, makanan dan parfum yang berlimpah-limpah.
Tamu yang bijaksana makan sebanyak yang ia butuhkan, menghirup harum-haruman,
mengucapkan terima
kasih pada tuan rumah, lalu pergi. Sebaliknya tamu-tamu yang tolol mencoba
untuk
membawa beberapa
piring emas dan perak hanya dengan akibat semua itu direnggutkan dari tangannya
dan ia pun dicampakkan ke dalam keadaan kecewa dan malu.
Akan kita tutup
gambaran tentang sifat-menipu dunia dengan tamsil pendek berikut ini. Misalkan
sebuah kapal akan sampai pada sebuah pulau yang berhutan lebat. Kapten kapal
berkata kepada para penumpang bahwa ia akan berhenti selama beberapa jam di
sana, dan mereka boleh berjalan-jalan di pantai sebentar, tetapi memperingatkan
mereka agar tidak terlalu lama. Maka para penumpangpun turun dan bertebaran ke
berbagai arah. Meskipun demikian, orang yang paling bijaksana akan segera
kembali, menemukan bahwa kapal itu kosong, lalu memilih tempat yang paling
nyaman di dalamnya.
Kelompok penumpang yang kedua menghabiskan waktu yang agak lebih lama di
pulau tersebut, mengagumi dedaunan, pepohonan dan mendengarkan nyanyian
burung-burung. Ketika kembali ke kapal mereka temui tempat-tempat yang paling
nyaman di kapal tersebut telah terisi dan terpaksa puas dengan tempat yang agak
kurang nyaman. Kelompok ketiga berjalan-jalan lebih
lauh lagi dan menemukan batu-batu berwarna yang amat indah, lalu membawanya
kembali ke kapal.
Keterlambatan itu memaksa mereka untuk mendekam jauh di
bagian paling rendah kapal itu, tempat mereka dapati batu-batuan yang mereka
bawa - yang keti
ka itu telah
kehilangan segenap keindahannya - mengganggu mereka di perjalanan.
Kelompok terakhir
berjalan-jalan sedemikian jauh sehingga tak bisa dijangkau lagi oleh suara
kapten kapal yang memanggil mereka untuk kembali ke kapal. Sehingga kapal itu
pun akhirnya terpaksa berlayar tanpa mereka. Meraka luntang-lantung dalam
keadaan tanpa harapan dan akhirnya mati kelaparan, atau menjadi mangsa binatang
buas. Kelompok pertama mencerminkan orang-orang beriman yang sama sekali
menjauhkan diri dari dunia, dan kelompok yang terakhir adalah kelompok orang
kafir yang hanya mengurusi dunia ini dan sama sekali tidak mengacuhkan yang akan
datang.
Dua kelompok di antaranya adalah orang-orang yang masih mempunyai iman,
tapi menyibukkan diri mereka, sedikit atau banyak, dengan kesia-siaan
benda-benda sekarang.
Meskipun telah kita katakan banyak hal yang menentang
dunia, mesti diingat bahwa ada beberapa
hal di dunia ini yang tidak termasuk di dalamnya, seperti ilmu dan amal baik.
Seseorang membawa bersamanya ilmu yang ia miliki ke dunia yang akan datang dan,
meskipun amal-amal baiknya telah lampau, efeknya tetap tinggal dalam
pribadinya.
Khususnya dengan ibadah yang menjadikan orang terus-menerus ingat
dan cinta kepada Allah. Semuanya ini termasuk "hal-hal yang baik",
dan sebagaimana difirmankan dalam al-Quran, "tidak akan
hapus."
Ada hal-hal lainnya yang baik di dunia ini, seperti perkawinan,
makanan, pakaian dan lain
sebagainya, yang oleh orang yang bijaksana digunakan sekadarnya untuk
membantunya mencapai dunia yang akan datang.
Benda-benda lain yang memikat
pikiran yang menyebabkan setiap kepada dunia ini dan ceroboh tentang dunia
lain, adalah benar-benar kejahatan dan
disebutkan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya: "Dunia ini terkutuk
dan segala sesuatu yang
terdapat di dalamnya juga terkutuk, kecuali zikir kepada Allah dan segala
sesuatu yang mendukung perbuatan itu."
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :