بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
PERJALANAN MENUJU DUNIA TASAWUF
Tasawuf Islam terbagi menjadi dua bagian. Pertama, berkaitan dengan pemeliharaan dan
pembersihan jiwa. Berhias dengan budi yang luhur lagi sempurna. Dalam bahasa
istilah disebut Ilmu Mu'amalah.
Pada bagian ini menjadi titik pusat akhlak dan ilmu ruhani, bahkan tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa, orang-orang sufi adalah guru besar ilmu ruhani
di dunia ini, Mereka benar-benar memahami dan mendalami penyakit ruhani serta
pemusnahnya, sehingga berhasil menyingkap hijab (tabir) penutup ruhani.
Sekalipun Eropa telah menggunakan peralatan moderen di dalam ilmu jiwanya, dan
di bawah teori-teorinya berhasil membuka ikatan-ikatan jiwa, akan tetapi masih
saja tidak mampu mengentasnya dari kebodohan bertingkat atau berganda. Berbeda
dengan orang-orang sufi yang telah menemukan sesuatu yang lebih mengagumkan
dalam persoalan ruhani mereka. Mereka berhasil menggapai pengetahuan yang
sempurna. Mereka bawa terbang tinggi menerobos medan cahaya yang bersinar
terang, menuju fithrah serta teladan yang membangkitkan kemanusiaan yang mulia
nan suci, yang tidak mengenal pertikaian dan saling mencela, tidak mengenal
dnegki, marah, dan permusuhan, tidak pula mengenal kefasikan, perdebatan dan
dekadensi moral.
Kedua, berkaitan dengan penggemblengan ruhani, ibadah dan mahabbah
(cinta), beserta segala aktifitasa yang ada dalam ibadah dan mahabbah. Yaitu
pribadi yang bersih bersinar, munculnya ilham dan anugerah Ilahi.
Dalam meneliti bagian kedua ini ada beberapa syarat. Syarat utama ialah
mendalami al-Quran dan as-Sunnah. Ia disebut Thariq (jalan) dan terdiri dari
empat perjalanan.
1. Perjalanan gerak (amaliah) lahir, yaitu perjalanan ibadah dan berpaling dari gemerlap dunia.
Membersihkan diri dari daya tarik dunia. Menyendiri (uzlah) untuk beribadah,
dzikir dan istighfar serta selalu melaksanakan kewajiban yang menjadi tanggung
jawabnya.
2. Perjalanan amaliah batin dan senantiasa menelitinya, dengan memurnikan akhlak,
menyucikan hati, menyucikan ruh, mengintai dan menekan nafsu, berhias dengan
akhlak dan sifat-sifat yang suci serta perilaku yang senantiasa memancar dari
Nur Muhammad.
3. Perjalanan penggemblengan dan training jiwa. Dalam hal ini Rasulullah pernah memberikan ilustrasi dalam
sabdanya, "Kita telah kembali dari jihad kecil, menuju jihad akbar."
Dengan ujian yang akbar ini, kekuatan dan kekuasaan ruh akan semakin bertambah.
Jiwa lalu memisah dari debu-debu, menjadikannya bersih murni, hingga hakikat
dan rahasia alam terpateri di dalamnya. Cahaya Ilahi memancar di dalam hatinya.
Nampak keindahan dan kebesaran alam, kehalusan dan rahasianya. Dengan demikian
bangkitlah rasa, yang kemudian membentuk gerak hidup dalam indera yang umum,
yang dapat merasakan kelezatan yang tinggi. Ilmu yang cemerlang di dalam jiwa
ini lalu menjadi sifat yang tetap, berikut terbukanya tabir penutup secara
sedikit
demi sedikit sehingga sampailah keoada ridha dan cahaya utama.
4. Perjalanan menuju fana yang sempurna. Yaitu dengan sampainya ruh kepada tingkat menyaksikan
Allah dengan sebenarnya. Terbuka (kasyaf)nya alam yang samar dan
rahasia-rahasia Allah. Kemudian silih berganti muncul cahaya dan terbukanya
tabir, hingga kelezatan jiwa dengan ketenteraman. Puncaknya adalah bayangan
suci di hadapan Ilahi.
Perjalanan-perjalanan spiritual itu tidak dapat di tulis atau diceritakan,
karena berada di luar bayangan dan fantasi manusia, di alam mana Allah SWT Maha
Agung dan tercinta dapat dilihat mata hati. Benar-benar pemandangan yang di
luar kerja mata wadak. Tiada pernah didengar oleh telinga dan tidak sekalipun
terbersit di dalam sanubari.
Perjalanan ini merupakan perjalanan yang sangat berbahaya. Pernah seorang sufi
kehilangan keseimbangannya, kehilangan ingatan, dan akhirnya terjerumus kepada
kondisi yang memang sudah menjadi suratan takdir.
Adapun bagi mereka yang telah sampai dan berhasil bertahan di sana. Sungguh dia
telah memperoleh kemantapan beribadah, penyaksian yang luhur, kenyenyakan yang
melelapkan jiwa, tenteram dan menguasai alam.
Sahal bekata, "Seseorang yang berhasil menemukan jati dirinya, adalah
orang yang salat di tempat terbuka. Ketika selesai dari salatnya, bubarlah pula
bersamanya beribu-ribu malaikat yang ia saksikan."
Sementara Ibnu Abqari mengatakan, "Seseorang yang benar-benar menemukan
jati dirinya, adalah orang yang salat di tempat terbuka. Begitu bubar dari
salatnya, tidak satupun malaikat yang mengikuti orang tersebut, karena tidak
tahu kemana perginya."
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :