بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
MEMBUKA HIJAB YANG MEMBATASI DIRI DENGAN ALLAH
SWT
A. Membina Peribadi
1. Perbaikan Akhlak Firman AlLah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Kahfi: 110)
فَمَن كانَ يَرجوا لِقاءَ رَبِّهِ فَليَعمَل
عَمَلًا صٰلِحًا وَلا يُشرِك بِعِبادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
- "Maka barang siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
(memperbaiki akhlak) dan janganlah ia mempersekutukan apapun dalam
beribadat kepada Tuhan (bersih dari segala kotoran hawa nafsu)"
Al-Ghazali di dalam kitabnya
Kimyaus-Saadah menyatakan
- "tujuan perbaikan akhlak ialah
membersihkan qalbu dari kotoran hawa nafsu dan amarah hingga hati menjadi
suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan".
2. Sabar Firman AlLah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Baqarah: 45 - 46)
وَاستَعينوا
بِالصَّبرِ وَالصَّلوٰةِ ۚ وَإِنَّها لَكَبيرَةٌ إِلّا عَلَى الخٰشِعينَ
"Jadikanlah sabar
dan Salat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu adalah tugas
berat kecuali bagi orang yang khusyu".
Orang - orang yang khusyu' itu ialah
orang yang menyukai bahwa mereka itu akan bertemu dengan AlLah dan bahwa mereka
akan kembali kepadaNya"
Menurut Al-Ghazali, 'Sabar' ialah
meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada
pendirian agama yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semata - mata
kerana menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat"
Pembahagian Sabar:
- a) Sabar Disiplin / Taat
- i) Sabar sebelum taat, ialah niat yang ikhlas, tujuan
yang benar, merasa berkewajipan atas keyakinan agama dalam menerima
peraturan berupa perintah atau larangan.
- ii) Sabar melaksanakan taat, ialah melaksanakan
kewajipan sampai selesai, berkala atau terus menerus dengan penuh
tanggungjawab dan kesungguhan.
- iii) Sabar setelah taat, ialah tidak merasa bangga
dengan selesainya pekerjaannya, tidak iri hati atau kekurangan atau
kelebihan orang lain, tidak ria' untuk dikagumi hasil usahanya.
- b) Sabar Berkewajipan. Mengetahui sesuatu kewajipan tidak cukup untuk dapat
dikerjakan tanpa adanya kesabaran dan sebaliknya mengetahui sesuatu
larangan belum tentu dapat meninggalkannya tanpa adanya kesabaran.
- c) Sabar menurut hukum terbahagi:
- Sabar untuk menjauhkan diri dari segala yang
haram,hukumnya 'wajib'.
- Sabar untuk menjauhkan diri dari segala pekerjaan
makruh, hukumnya 'sunat'.
- Sabar dalam menjalankan hukuman kerana pelanggaran
maka hukumnya 'harus'.
- Sabar membela kehormatan atau hak milik hukumnya
'haram'. Sifat sabar dalam keadaan ini dinamakan 'sabar Saja'ah' (sabar
berani). Firman AlLah dalam Al-Quran (S. Al-Anfaal: 46)
وَاصبِروا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ
الصّٰبِرينَ
"Bersabarlah
kamu sekalian, sesungguhnya AlLah beserta mereka yang sabar".
3) Syukur. Berterima
kasih kepada AlLah atas segala nikmat pemberianNya. Erti Syukur, keadaan
seseorang mempergunakan nikmat yang diberikan oleh AlLah itu hanya untuk
membuat kebajikan.
4) Ridha bil Qadha. Ridha ertinya rela menerima dengan apa yang ditentukan dan
ditaqdirkan AlLah kepadanya. Rela berjuang atas jalan AlLah mencari semata -
mata keridhaan AlLah (Ibtighaa MadhatilLah).
Kesimpulan Sabar, Syukur dan Ridha
adalah tiga sifat terpuji yang sangat bernilai tinggi, dapat membawa kepada
ketinggian budi pekerti dan akhlak dan merupakan kekuatan yang dapat menolong
untuk berkemahuan keras, berjiwa besar dan bertanggungjawab.
Pendidikan Tasauf pertama - tama
dengan pembaikan akhlak, mencapai tingkat demi tingkat yang lebih tinggi, dari
Muslim biasa kepada Mukminin kepada Muhsinin kepada Muttaqin kepada Mukarrabin
kepada Arifin - mengenal dan merasai Tuhan yang sungguh - sungguh. Dengan sifat
- sifat yang tersebut, mereka memasuki latihan - latihan jiwa dan mujahadah
dengan Sistem berikut :
- Takhalli - mensuci bersih diri dari segala
dosa lahir dan dosa bathin.
- Tahalli - mengisi diri dengan segala sifat
yang terpuji.
- Tajalli - memperoleh hakekat kenyataan
Tuhan kerana suci bersihnya hati mereka mencintai AlLah. B Latihan Rohani
dan Tingkat - Tingkat Yang Harus Dilalui
1. Tujuan Takhalli ialah:
a]. Membersihkan diri dari kotoran hati / sifat - sifat
tercela.Firman AlLah dalam Al-Quran (S. As-Sams: 9 - 10)
قَد
أَفلَحَ مَن زَكّىٰها* وَقَد خابَ مَن
دَسّىٰها
"Sesungguhnya
berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang yang mengotori
jiwanya".
- Sifat - sifat yang mengotori jiwa / hati
- Hasad - irihati
- Haqad - dengki / benci
- Suuz-zan - sangka buruk
- Kibir - sombong
- Ujub - merasa sempurna diri dari orang
lain
- Riya - mempamerkan kelebihan diri
- Suma' - cari nama atau kemasyuran
- Bukhul - bakhil / kikir
- Hubbul Mal - cinta kebendaan
- Tafahur - membanggakan diri
- Ghadab - pemarah
- Ghibah - pengumpat
- Namimah - bicara belakang orang
- Kizib - dusta
- Khianat - munafik Maksiat Lahir - segala
perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan manusia yang merosak orang
atau diri sendiri sehingga membawa pengorbanan benda - benda, fikiran dan
perasaan. Maksiat Bathin - lebih berbahaya kerana tidak kelihatan dan
kurang disedari dan sukar dihilangkan.
b]. Cara membersihkan jiwa / hati Tersingkapnya tabir / hijab
yang membatasi diri dengan Tuhan ialah suci bersihnya diri / jiwa dari kotoran
- kotoran maksiat lahir dan maksiat bathin. Menurut Ahli Tarekat ada 4 dinding
/ hijab yang membatasi diri dengan Tuhan dan ada 4 juga jalan yang dapat
membuka dinding / hijab itu.
1) Tingkat Pertama : Suci dari Najis dan Hadas - Bersih dari najis maka wajib
bersuci dengan air atau berinstinja dengan tanah. - Suci dari hadas besar
(keluar mani) maka wajib mandi. - Suci diri dari hadas kecil maka wajib
berwudhu. * Seorang yang hendak menghubungkan diri dengan Tuhan maka wajib
bersih badannya, bersih pakaiannya, bersih tempatnya, bersih lahir dan
bathinnya.
2) Tingkat Kedua : Suci Dari Dosa Lahir Ada 7 anggota badan yang membuat
dosa lahir yang disebut maksiat, iaitu :
- Mulut - dusta / ghibah
- Mata - melihat yang haram
- Telinga - mendengar cerita kosong
- Hidung - menimbulkan rasa benci
- Tangan - merosak
- Kaki - berjalan membuat maksiat
- Kemaluan - bersyahwat / berzina (termasuk makan yang
haram).
3) Tingkat Ketiga : Suci dari Dosa Bathin Ada 7 alat pembuat dosa bathin yang
dinamakan 7 Lataif (Petikan : Pengantar Ilmu Tarekat oleh Abubakar Aceh)
- Latifatul Qalby - berhubungan jantung jasmani. Letaknya
dua jari di bawah susu kiri. Di sinilah letaknya sifat - sifat
kemusyrikan, kekafiran dan ketahyulan dan sifat - sifat iblis. Untuk
mensucikannya zikir dengan membaca 5000 kali - AlLah, AlLah. Pada tingkat
ini hati diisi dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Makrifat.
- Latifatu Roh - berhubungan Rabu jasmani. Letaknya dua
jari di bawah susu kanan. Di sinilah letaknya sifat Bahimiyah (binatang
jinak) iaitu sifat menurut nafsu. Untuk mensucikannya zikir dengan dipalu
sekeras - kerasnya 1000 kali - AlLah, AlLah.
- Latifatus-Sirri. Letaknya dua jari di atas susu kiri.
Di sinilah letaknya sifat 'Syabiyah' (binatang buas) iaitu sifat zalim /
aniaya, pemarah dan pendendam. Untuk mensucikannya zikir dengan membaca
1000 kali - AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat kasih
sayang dan ramah - tamah.
- Latifatul Khafi - dikenderai Limpah jasmani. Letaknya
dua jari di atas susu kanan. Di sinilah letaknya sifat 'Syaitanuyah' iaitu
hasad / dengki, munafik dan khianat. Untuk mensucikannya berzikir 1000
kali membaca AlLah, AlLah dengan dipalukan sekeras - kerasnya. Pada
tingkat ini hati diisi sifat Syukur dan Sabar.
- Latifatul Akhfa - berhubungan empedu jasmani. Letaknya
di tengah - tengah dada. Di sinilah letaknya sifat ria, takbur / sombong,
ujub / membanggakan diri dan Sum'a / cari nama atau kemasyuran. Untuk
mensucikannya zikir 1000 kali membaca AlLah, AlLah. Pada tingkat ini hati
diisi sifat Ikhlas, Khusyu', Tadarru Tafakkur.
- Latifatun-nafsun-Natiqa. Letaknya di antara dua kening.
Di sinilah letaknya 'nafsu ammarah' penghalang besar untuk menciptakan
perbaikan masyarakat. Untuk mensucikannya zikir 1000 kali membaca AlLah,
AlLah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Tenteram dan Pikiran
Tenang.
- Latifah kullu Jasad - kenderai seluruh tubuh jasmani.
Dalam Latifah inilah terletak sifat jahil dan ghaflah (kejahilan dan
alpa). Untuk mensucikannya hendaklah dizikirkan 1000 kali - AlLah, AlLah
sehingga mengalir zikir disekujur badan jasmani sehingga tiada tempat
untuk sifat kebendaan / kejahilan dan kelalaian / Ghaflah. Pada tingkat
ini hati diisi pula sifat Ilmu dan Amal.
iv) Tingkat Keempat : Suci Hati Rabbaniyah Yang dimaksudkan Latifatul Qalby di
sini bukan jantung jasmani tetapi "Latifatur Rabbaniyah" adalah Roh
yang suci yang paling halus dan memerintah serta mengatur badan dan anggota
badan jasmani. Dialah hakekat diri yang sebenar diri. Induk kepada latifah -
latifah lain. Sabda RasululLah s.a.w.
- "Di dalam tubuh anak Adam ada
segumpal daging apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasad dan apabila ia
rosak maka rosaklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia itu ialah 'hati'.
Pada Latifah Rabbaniyahlah tempat
jatuhnya penilikan AlLah kepada manusia. Menurut Kaum Sufi, bahawa kehidupan
dan alam penuh dengan rahsia - rahsia tersembunyi. Rahsia tertutup oleh
dinding/hijab tetapi bisa terbuka dan dapat tersingkap, dapat melihat atau
merasai atau berhubungan dengan terang ter-rahsia asal kita menempuh jalannya.
Jalan itulah dinamakan 'Tarekat'. Ahli Tarekat menempuh jalan didikan 3 tingkat
iaitu
- Takhalli,
- Tahalli dan
- Tajalli.
2. Tujuan Tahalli ialah:
Mengisi diri dengan sifat - sifat
terpuji / menyinari hati.
a) Dasar Perbaikan Akhlak. Kaum Sufi mengatur suatu ajaran
untuk memperbaiki tata kehidupan dan penghidupan manusia agar manusia itu
menjadi 'manusia wara' yang ikhlas dalam beribadat kepada AlLah, ikhlas dalam
pengabdian melayani masyarakat dan damai / berpartisipasi dalam kehidupan.
Firman AlLah dalam Al-Quran (S. An-Nahl: 90)
"Bahwa sesungguhnya AlLah memerintahkan
untuk berlaku adil, berbuat kebajikan, hidup berkeluarga. Dan melarang
kekejian, kemungkaran dan bermusuhan. Bahwa Tuhan mengajarkan kepada kamu
sekalian (pokok - pokok akhlak itu) agar kamu sekalian menjadi perhatian"
Ajaran itu menurut istilah sufi
dinamakan: Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Sistem ajaran ini memerlukan latihan
- latihan dan perjuangan dengan tanjakan - tanjakan dari satu tingkat ke
tingkat lebih tinggi yakni dari mensuci bersihkan hati ke tingkat menyinari
hati sampai dekat diri kepada AlLah dalam keadaan Tajalli.
b) Sifat yang Mnyinari Hati / Jiwa. Sifat yang menyinari hati /
jiwa menurut Kaum Sufi dinamakan sifat - sifat terpuji. Menurut Al-Ghazali di
dalam kitabnya "Arbain fi Usulid-Din" antara sifat - sifat terpuji
itu ialah:
- Taubat - menyesali diri dari perbuatan
yang tercela
- Khauf / Taqwa - perasaan takut kepada
AlLah
- Ikhlas - niat dan amal yang tulus atau
suci
- Syukur - rasa berterima kasih
- Zuhud - hidup sederhana, apa adanya
- Sabar - tahan diri dari segala kesukaran
- Ridha - bersenang diri menerima keputusan
AlLah
- Tawakkul - menggantungkan diri, nasib
kepada AlLah
- Mahabbah - cinta kepada AlLah semata -
mata
- Zikrulmaut - selalu ingat mati Maka
apabila manusia telah menaungi dan mengisi hatinya dengan sifat - sifat
terpuji itu maka hati menjadi cerah dan terang dapat pula menerima cahaya
dari sifat - sifat tadi.
c) Mendekatkan Diri kepada AlLah. Untuk mendekatkan diri kepada
AlLah perlu melalui apa yang lazim dikerjakan oleh Kaum Sufi iaitu Kesempurnaan
Agama Islam yang dapat dicapai dalam 4 tingkat.
i) Tingkat Pertama : Syariat Ertinya mengerjakan amal badaniyah daripada segala
hukum - hukum: shalat, puasa, zakat dan haji. Syariat adalah peraturan -
peraturan yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Tujuan utama syariat
ialah membangun kehidupan manusia atas dasar amar ma'ruf dan nahi mungkar.
Syariat membahagi ma'ruf kepada 3 kategori:
- 1. Fardhu atau wajib
- 2. Sunnat atau mustahab
- 3. Mubah atau harus
Selanjutnya syariat membahagi
munkarat atas 2 bahagi iaitu :
Peraturan - peraturan yang diatur
oleh syariat itu adalah atas dasar Quran dan Sunnah yang merupakan sumber hukum
dalam Islam untuk keselamatan manusia. Menurut Ahli Sufi, bahawa syariat itu
baru merupakan tingkat pertama menuju jalan kepada Tuhan. Tarekatlah yang
merupakan perbuatan untuk melaksanakan syariat itu. Apabila 'Syariat' dan
'Tarekat' dikuasai maka lahirlah 'Hakekat' yang tidak lain daripada perbaikan
keadaan dan ehwal, sedang tujuan terakhir adalah 'Makrifat' iaitu mengenal
Tuhan yang sebenar - benarnya, serta mencintainya sebaik - baiknya. Syariat
ialah pengenalan perintah dan Hakekat ialah pengenalan pemberi perintah.
ii) Tingkat Kedua : Tarekat Dasar - dasar pokok mengenai Tarekat antara lain:
1. Sebuah Hadis Qudsi menyatakan :
"Adalah Aku suatu perbendaharaan yang tersembunyi, maka inginlah Aku
supaya diketahui siapa Aku, maka kujadikanlah makhluk: Maka dengan AlLah mereka
mengenal Aku". Dasar "Wihdhatul Wujud" yang menjadi faham Ahli
Tarekat. Bahawa AlLah itu permulaan kejadian, yang awalnya tiada permulaan.
AlLah telah ada dan tiada yang lain besertaNya. Dan kerana supaya zatnya
dilihat pada sesuatu yang bukan zatnya, sebab itulah dijadikan segenap kejadian
(Al-Khaliq).
2. Firman AlLah dalam Al-Quran
(S.Al-Jin: 16)
وَأَلَّوِ
استَقٰموا عَلَى الطَّريقَةِ لَأَسقَينٰهُم ماءً غَدَقًا
"Dan bahawa jika
mereka tetap (istiqamah) menempuh jalan itu "TAREKAT" sesungguhnya
akan Kami beri rezeki / rahmat yang berlimpah - limpah".
"Tarekat" adalah suatu
sistem (tariqah) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan merasakan
adanya Tuhan, dalam keadaan seseorang dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya
(ainul basirah). Ini didasarkan atas pertanyaan Saidina Ali bin Abi Thalib
kepada RasululLah: "Manakah Tarekat yang sedekat - dekatnya mencapai
Tuhan? Yang dijawab RasululLah s.a.w. : "tidak lain daripada zikir kepada
AlLah". "Syariat" mewajibkan seseorang mengadap Kiblat dalam
Shalat, maka "Tarekat" tidak sampai di situ saja. Tarekat berpegang
kepada Firman AlLah: "Sembahlah Aku". Yang bermaksud semua ibadah
dilakukan kerana tujuan untuk ber-Taqwa (takut) kepada AlLah. Tetapi bukan
setakat pengertian "syariat" iaitu mengerjakan apa yang diperintah
dan menjauhkan apa yang dilarang. Tetapi menurut Ahli Tarekat Taqwa adalah
perpaduan dari 4 sifat:
- 1. (ta) - Taubat
- 2.(qaf) - Qinaah atau khusyu'
- 3. (wauw) - Wara
- 4. (alif) - Ikhlas beribadah mencari
keridhaan AlLah
iii) Tingkat Ketiga : Hakekat Syariat merupakan peraturan, Tarekat merupakan
pelaksanaan maka hakekat adalah tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang
sebenar - benarnya. Menurut Tarekat, hati wajib menghadap kepada AlLah
berdasarkan ayat Quran: "Fa'buduny - sembahlah Aku". Menurut kita
menyembah Tuhan seolah - olah Tuhan terlihat, berdasarkan Hadis: "Sembahlah Tuhanmu, seakan - akan engkau melihatnya,
jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Tuhan melihat kamu".
Menurut Makrifat, ialah mengenal
AlLah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadat itu. Yang dengan khusyu'
seseorang hamba merasa berhadapan dengan AlLah, ketika ini perasaan
bermusyahadah berintai - intaian dan bercakap - cakap dengan Tuhan seolah - olah
AlLah berkata: "Innany Ana AlLah - Aku inilah Tuhan yakni AlLah" maka
kehadiran "hati" berkata: "Anta AlLah - Engkaulah AlLah".
Lalu AlLah berkata lagi: "Iqimis-shalata lizikry - bershalatlah untuk
mengingat akan Aku". Demikian "hakekat", ialah membuka kesempatan
bagaimana salik mencapai maksudnya, iaitu mengenal Tuhan, Ma'rifatulLah dan
Musyahadah Nur yang Tajalli.
Al-Ghazali menerangkan : "Bahawa
Tajalli itu ialah terbuka Nur cahaya yang ghaib bagi hati seseorang dan sangat
mungkin yang dimaksudkan dengan Tajalli ialah Mutajalli yang tidak lain
daripada itulah AlLah".
iv) Tingkat Keempat : Ma'rifat. Ma'rifat adalah tujuan pokok, yakni: mengenal
AlLah yang sebenar - benarnya. Taftazany dalam kitabnya "Syarhul
Maqsid" menerangkan: "Apabila seseorang mencapai tujuan terakhir
dalam pekerjaan suluknya - ilalladan fillah, pasti dia tenggelam dalam lautan
tauhid dan irfan sehingga zatnya selalu dalam pengawasan zat Tuhan dan sifatnya
selalu dalam pengawasan sifat Tuhan. Ketika itu orang itu fana dan lenyap dalam
keadaan "masiwallah" apa yang bersifat bukan AlLah. Dia tidak melihat
wujud alam ini melainkan AlLah. Al-Ghazali menerangkan: "bahawa hatilah
yang dapat mencapai hakekat sebagaimana yang tertulis pada Lauhin Mahfud, iaitu
hati yang sudah bersih dan murni. Alhasil, tempat untuk melihat dan Ma'rifat
AlLah adalah "HATI".
3. Tujuan Tajalli ialah:
Mencari Kenyataan AlLah. Firman
AlLah dalam Al-Quran (S.An-Nur: 25)
"AlLah itu cahaya langit dan bumi"
Berlandaskan ayat ini Ahli Sufi
yakin beroleh pancaran Nur AlLah Tajallinya AlLah. Demikian AlLah Tajalli
dengan af-al, asma' dan zatNya yang tidak tersembunyi, "mutajalli min
zatihi la yakhhfa". Dalam menempuh jalan (tarekat) untuk memperoleh
kenyataan Tuhan (Tajalli), Ahli Sufi berusaha melalui ridha dengan latihan -
latihan dan mujahadah (perjuangan) dengan menempuh jalan, antara lain melalui
dasar pendidikan 3 tingkat iaitu: Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Ada pula yang
menempuh jalan suluk dengan sistem "Muratabatu - thariqah" yang
terdiri dari 4 tingkat: (seperti sistem yang dipakai oleh Tarekat Naqsabandiah)
:
- 1. Taubat
- 2. Istiqamah : Taat lahir dan bathin
- 3. Tahzib : terdiri dari beberapa riadhah /
latihan seperti puasa, mengurangi tidur dan menyendiri.
- 4. Taqarrub : mendekatkan diri kepada AlLah
dengan berkhalwat, zikir terus - menerus.
Seterusnya maka sampailah salik pada
Maqam Nihayah: Fana-uhu 'ala baqa-ihi wa
ghaya-tuhu 'ala hudu-rihi yaitu fana dalam kebaqaan AlLah dan
lenyap dalam kehadiran AlLah. Hal demikian bisa berhasil kerana Tuhan Maha
cahaya terhadap hambaNya dan Tuhan adalah sumber cahaya dan Ilmu. Apabila Tuhan
telah menembusi hati hambaNya dengan 'nur' dan cahayaNya, maka berlimpah
ruahlah Rahmat.
sufisme blogspot
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :