بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Di manakah posisi/derajat kita di sisi Allah saat kini ?
Firman Allah yang artinya,
“
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS.
Al-Hujurat: 13)
Sebagian kita memahami “di sisi” Allah adalah semata-mata kejadian kelak di
akhirat nanti. Namun sesungguhnya posisi/derajat manusia di sisi Allah
berlangsung ketika kehidupan di dunia.
Ada sebagian muslim “berani” melakukan perbuatan yang dilarang Allah,
sesungguhnya karena tidak merasakan “di sisi” Allah. Padahal Allah Maha
Mengetahui, Maha Melihat dan Maha Mendengar.
Sedangkan ada sebagian muslim karena posisi/derajat nya lebih mulia “di
sisi” Allah maka Allah berikan jalan keluar dan Allah berikan rezeki
dari arah yang tidak disangka dan Allah mencukupkan (keperluan)nya
Sesuai dengan firman Allah yang artinya,
“
Barang siapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang
tidak disangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3).
Benarlah, manusia di sisi Allah ketika kehidupan di dunia bahkan dimulai
sejak manusia diciptakan.
Menurut para ahli Tasawuf, hakikat manusia dibagi menjadi dua bangunan
utama, yaitu bangunan jasmani dan rohani. Bangunan jasmani manusia diciptakan
melalui enam proses kejadian yaitu:
- Sari
pati tanah
- Nuftah
- Segumpal
darah
- Segumpal
daging
- Pertumbuhan
tulang-belulang
- Pembungkusan
tulang-belulang
Sebagaimana firman Allah yang artinya, “
Sesungguhnya telah Kami ciptakan
manusia dari sari pati tanah. Kami jadikan sari pati tanah itu air mani yang
ditempatkan dengan kokoh di tempat yang teguh. Kemudian air mani itu kami
jadiukan segumpal darah, dari segumpal darah itu, Kami jadikan segumpal daging,
Kami jadikan pula tulang-belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging (QS Al Mu-minun (23): 12-14)
Setelah melalui enam tahap proses tersebut maka jasmani manusia boleh
dikatakan sebagai makhluk yang sempurna apabila dipandang dari sudut jasmaniah,
tetapi apabila dipandang dari sudut Rohaniah, manusia yang belum ditiupkan
Roh-Ku belumlah dapat disebut manusia sempurna. Oleh karenanya itu, pada proses
kejadian yang ketujuh, Allah meniupkan sebagian Roh-Nya kepada jasmani manusia.
Pada saat itulah manusia tersebut bisa dikatakan sebagai manusia yang sempurna
baik jasmani maupun rohani.
“
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka jika Aku telah
menyempyurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Roh-Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu
semuanya bersama-sama. (QS Al Hijr (15):28-30)
Dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
“Kemudian Dia menyempurnakan penciptaannya dan Dia tiupkan padanya
sebagian dari Roh-Nya dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
rasa, tapi sedikit sekali kamu bersyukur” (QS As Sajadah (32):9)
Menurut tinjauan ahli Tasawuf, di bagian kepala manusia terdapat tujuh buah
lubang (pintu) sebagai sumber rasa inderawi, yaitu,
- Dua
lubang telinga sebagai sumber (alat) pendengaran.
- Satu
lubang mulut sebagai sumber (alat) pengucapan dan pengecapan
- Dua
lubang mata sebagai sumber (alat) penglihatan
- Dua
lubang hidung sebagai sumber (alat) pernapasan.
Ketujuh buah lubang (pintu) yang ada di kepala manusia tersebut secara
simbolis diinformasikan Allah dalam al-Qur’an dengan istilah “tujuh buah jalan”
yang ada di atas badan manusia.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas (badan) kamu tujuh buah
jalan dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami” (QS Al-Mu’minun
(23):17)
Tujuh lubang ini disebut juga sebagai “pembuka”, karena dengan tujuh lubang
inilah, manusia berhasil membuka segala rahasia pengetahuan, baik yang bersifat
lahir maupun batin.
Proses terjadinya aktifitas alat inderawi tersebut yang terwujudkan dalam
bentuk pendengaran, pengucapan atau pengecapan, penglihatan dan pernapasan
inilah yang disebut kiasan “tujuh buah jalan” yang dapat memberi petunjuk
karena dengan adanya empat inderawi tersebut maka manusia mendapatkan
pengetahuan tentang masalah apapun yang sedang dipelajarinya.
Pada tubuh manusia, total keseluruhan terdapat sepuluh lubang inderawi,
yaitu tujuh di kepala dan tiga lubang dibagian badan yaitu lubang pusar, lubang
anus dan lubang kemaluan. Khusus untuk lubang pusar sudah tidak berfungsi sejak
manusia dilahirkan. Sehingga yang berfungsi secara maksimal adalah Sembilan
lubang yang ada pada tubuh manusia.
Apabila dikaitkan dengan keadaan bayi dalam kandungan maka dapat terlihat
bahwa Sembilan lubang yang ada pada tubuh bayi tidaklah berfungsi, hal ini
dikarenakan seorang bayi dalam kandungan berada di dalam air ketuban (omnium
water). Sehingga seorang bayi dalam kandungan tidak melakukan aktifitas
inderawi secara sempurna. Dengan kata lain seorang bayi tidak makan dan tidak
minum atau berbicara dengan mulut, tidak bernapas dengan hidung, tidak melihat
dengan mata, tidak mendengar dengan telinga, dan tidak buang air besar atau
kecil melalui anus atau kemaluan. Tetapi bayi tersebut mendapatkan semua
kebutuhan jasmaninya melalui saluran plasenta yang menghubungkan antara pusar
bayi dengan dinding rahim ibu.
Dalam kandungan, seorang bayi juga tidak berpikir dikarenakan fungsi otaknya
belum sempurna, tetapi kemampuan rohani bayi telah hidup sempurna. Peristiwa
ini dialami oleh seorang bayi selama kurang lebih sembilan bulan. Dalam
bahasa Tasawuf, keadaan ini disebut dengan peristiwa dimana seorang bayi berada
dalam Janah yang berada di bawah telapak kaki ibu selama Sembilan bulan.
Sayangnya setelah bayi itu tumbuh dewasa, dia tidak dapat mengingat
perjalanannya ketika berada dalam kandungan rahim ibunya. Oleh karena itu Islam
mengajarkan agar setiap umatnya kembali menjadi seperti bayi dalam
kandungan,agar dirinya dapat kembali menemui Allah.
“Dan sesungguhnya kamu kembali menghadap Kami dengan sendirian seperti
kamu Kami ciptakan pada awal mula kejadian. Dan pada saat itu kamu tinggalkan
dibelakangmu apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu ….” (QS Al An’am 6:
94)
“Mereka dihadapkan kepada Tuhanmu dengan berbaris, Kemudian Allah
berfirman: “ Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami telah
menciptakan kamu pada awal mula kejadian, bahkan kamu menyangka bahwa Kami
tiada menetapkan janji bagi kamu” (QS Al Kahfi 18:48).
Sejak bayi dalam kandungan yang bersih dan suci telah keadaan
“menemui” Allah.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi”. (QS- Al A’raf 7:172)
Setelah anak manusia terlahir ke dunia, keluarga adalah lingkungan
pertama yang dikenal oleh anak. Ibu dan ayah adalah manusia-manusia dewasa
kepada siapa anak belajar kata-kata yang pertama. Khususnya kepada Ibu, anak
belajar kasih sayang. Kepada ayah, anak belajar tanggung jawab dan
kepemimpinan. Bagaimana sikap ibu dan ayah kepada anak, sikap ayah kepada ibu
dan sebaliknya ibu kepada ayah, adalah pola interaksi yang pertama dipelajari
anak.
Dengan telinga dan matanya, anak belajar menyerap fakta dan informasi.
Semakin banyak yang terekam, itulah yang paling mudah ditirunya. Bagaikan
kertas putih bersih, orang tuanya yang akan memberinya coretan dan warna yang
pertama.
Betapapun sederhananya pola pendidikan dalam sebuah keluarga, tetap-lah
sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Keluarga merupakan awal
bagi pertumbuhan pola pikir dan perasaan anak.
Di dalam Islam, sistem pendidikan dalam keluarga menjadi penentu masa depan
anak. Apakah anak akan menjadi shaleh, baik, santun, penyayang atau kurang
ajar, kasar, bengis, semuanya tergantung pada tangan-tangan pertama yang
mendidiknya, yakni orang tuanya.
Dalam sebuah hadits, menurut kesaksian Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW
bersabda:
“Setiap bayi dilahirkan di atas fitrah (mentauhidkan Allah),
kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau seorang Nasrani
atau seorang Majusi.” (HR. Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Yang dimaksud adalah anak-anak yang baru dilahirkan memiliki fitrah yang bersih
dan suci, yaitu beriman kepada Allah SWT. Orang tua memiliki peran dalam
mengarahkan fitrah anak. Apakah akan tetap bersih, murni dan bersinar? Ataukah
cahayanya akan memudar, bahkan hilang.
Lalu bagaimana arah tujuan pendidikan anak berdasarkan Islam
Kalau mengacu kepada al Qur’an, maka al Qur’an memberi tuntunan bagaimana
seharusnya tujuan pendidikan anak.
Allah SWT berfirman yang artinya,
“Dan orang orang yang berkata:
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS al Furqaan 25: 74)
…
“Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami
terraasuk orang-orang yang bersyukur”” (QS. Al A’raf 7: 189)
…“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…”
(QS. Ali Imran: 110)
Ini sebenarnya inti dari kurikulum pendidikan anak: (1) menjadikan anak-anak
kita sebagai penyenang hati / penyejuk mata dan orang-orang bertaqwa (2)
Menjadikan anak-anak kita sebagai anak-anak yang shaleh (3) Menjadikan
anak-anak kita sebagai umat terbaik yang akan mengemban dakwah Islam, dan
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
Kemudian setelah anak dewasa dan mampu dengan bekal pengetahuan dan
pendidikan yang didapatnya mereka akan mengarungi kehidupan dengan petunjuk
Al-Qur’an dan Hadist.
Dengan kemampuan merekalah mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan Hadist,
mengupayakan posisi/derajat di sisi Allah. Sebagian mereka yang dianugerahi
Allah ilmu pengetahuan mendapatkan posisi/derajat yang lebih baik sebagaimana
firman Allah yang artinya,
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Mujaadilah 58: 11)
Upaya kitamendapatkan posisi/derajat yang lebih baik di sisi Allah, salah
satunya dengan mengendalikan hawa nafsu atau mengendalikan tujuh buah
lubang (pintu) sebagai sumber rasa inderawi.
Hawa nafsu yang bersarang pada jasmani kita, dapat dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu:
1. Nafsu Amarah yang bentuk perwujudannya berupa sifat marah, dengki, ujub
dan syirik. Nafsu ini sumbernya di telinga yang dapat timbul melalui
hantaran pendengaran. (Dua lubang telinga, disimbolkan pintu Umar bin Khatab)
2. Nafsu Lawamah yang termanifestasikan dalam bentuk sifat rakus, tamak,
loba dan malas. Nafsu ini sumbernya di mulut yang dapat dimbul
melalui hantaran pengucapan atau peengecapan. (Satu lubang mulut
disimbolkan pintu Ali bin Thalib)
3. Nafsu Sufiyah yang termanifestasikan dalam bentuk sifat cinta, kekaguman,
dan keindahan. Nafsu tersebut berada pada mata yang akan timbul melalui
hantaran penglihatan. (Dua lubang mata disimbolkan pintu Usman bin Affan)
4. Nafsu Mutmainah yang termanifestasikan dalam sifat ketenangan dan
kedamaian. Nafsu tersebut berada di hidung yang dapat timbul melalui
hantaran pernafasan. (Dua lubang hidung disimbolkan pintu Abu Bakar)
Ke empat nafsu yang termanifestaasikan dalam bentuk pendengaran, pengucapan
(pengecapan), penglihatan dan pernafasan, pada akhirnya akan menimbulkan “hawa”
yang berbentuk rasa jasmani yakni
- Rasa
Pendengaran.
- Rasa
Pengecapan ataiu pengucapan
- Rasa
Penglihatan
- Rasa
Pernafasan atau penciuman
Semua bentuk “rasa” tersebut bersifat ghaib atau bathin yang tidak berwujud
tetapi bisa dirasakan keberadaannya. Ke-empat rasa dari nafsu tersebut dapat
dimatikan maupun dihidupkan, tergantung dari bagaimana kita menutup atau
membuka “pintu” keluar masuknya rasa dari sumber nafsu tersebut.
Cara menutup pintu hawa nafsu tersebut, dengan mempergunakan “alat” yang
telah diberikan oleh Allah kepada setiap manusia, sesuai firman Allah yang
artinya:
“
Carilah Akhirat dengan “alat” yang telah Kami anugerahkan kepadamu dan
janganlah kamu lupakan kenikmatan dunia” (QS Al Qashash 28: 77)
“
Tatkala aku berada di sisi Rasulullah Saw, tiba-tiba beliau bertanya :
Adakah orang asing diantara kamu ?” lantas beliau memerintahkan supaya pintu di
tutup dan bersabda “Angkat tangan kamu” (HR Al Hakim)
“Tutup pintumu dan ingatlah Allah”. (HR Bukhari).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi saw ”
Tutuplah seluruh
pintu-pintu kecuali pintu Abu Bakar.”
Prosesi “menutup pintu” hawa nafsu yang ada pada kepala manusia, inilah yang
dinamakan dengan “Takbiratul Ihram”, (Takbir Larangan) yang mempunyai
arti bahwa ketika kita mengangkat kedua telapak tangan kita saat mengawali
sholat, kita diharamkan atau dilarang untuk melakukan aktifitas inderawi
seperti mendengar, melihat, dan berbicara kecuali bernafas (simbol pintu
Abu Bakar), karena kita sedang berhadapan dengan Allah Swt (bertawajuh).
Hal ini sesuai dengan firmanNya yang artinya,
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (QS Al An’am 6: 79)
Ayat di atas merupakan pernyataan setiap kali kita sholat, bahwa kita
menyadari sedang menghadapkan wajah kita kepada Allah, yang Maha Suci
(bertawajuh). Kemudian dilanjutkan dengan penegasan bahwa “
Sholatku,
Ibadahku, Hidupku dan Matiku semata-mata hanya untuk Allah semata”. Jika
keadaan ini terjadi, tak mungkin akal kita berkeliaran tak terkendali mengingat
selain Allah. Kita juga tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar tuntunan
Allah.
“
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab dan dirikan
sholat. Sesungguhya sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah dalam (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadah-ibadah lain)” (QS Al Ankabut 29: 45)
Allah memberikan gelar kepada orang yang shalat tidak sesuai dengan
ikrar/sumpahnya sebagai sholatnya orang munafik.
“
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk Sholat, mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka dzikrullah (menyebut Allah) kecuali hanya sedikit sekali” (QS
An-Nisa 4: 142)
Ketika melakukan sholat, ada kalanya mengalami rasa jenuh dan tidak kusyu’,
padahal dalam doa iftitah kita telah berikrar bahwa kita sedang menghadapkan
wajah kita kepada Allah. Hal ini terjadi karena tidak mengetahui bagaimana cara
melakukan Takbiratul Ihram dengan baik.
Nabi Muhammad Saw bersabda, bahwa “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang
mukmin”. Yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat
dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.
Apakah kita bisa “bertemu” dengan Allah ketika Sholat ?
Sebagian orang menanggapi hadits tersebut dengan sikap apriori dan
berkeyakinan bahwa manusia tidak mungkin bertemu dengan Allah di dunia.
Akibatnya kebanyakan orang tak mau pusing mengenai hakikat Sholat atau bahkan
hanya menganggap sholat sebagai kewajiban yang harus dilakukan tanpa harus
memikirkan fungsi dan tujuannya.
Dilain pihak ada orang yang melakukan sholat, telah mengerahkan segenap daya
untuk mencapai kusyu’, akan tetapi tetap saja pikiran masih menerawang tidak
karuan sehingga tanpa disadari sudah keluar dari “kesadaran sholat”. Allah
telah mengingatkan hal ini, bahwa banyak orang sholat akan tetapi kesadarannya
telah terseret keluar dari keadaan sholat itu sendiri, yaitu bergeser niatnya
bukan lagi karena Allah.
‘…. maka celakalah orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dalam sholatnya, dan orang-orang yang berbuat riya” (QS Al-Ma’un
107: 4-6)
Perihal itu terjadi bagi orang yang dalam sholatnya tidak menyadari bahwa ia
sedang berhadapan dengan Tuhannya sehingga pikirannya melayang liar tanpa
kendali. Sholat yang demikian adalah sholat yang shahun. Keadaan tersebut
bertentangan dengan firman Allah yang menghendaki sholat sebagai jalan untuk
mengingat Allah.
“… maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku”
(QS Thaha 20: 14)
“… dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”(QS Al A’raaf
7: 205)
Inilah rangkaian ayat yang menunjukkan kepada masalah kedalaman ibadah
sholat, yaitu untuk mengingat Allah, bukan sekedar membungkuk, bersujud dan
komat-kamit tiada sadar dengan yang dilakukan. Sholat yang hanya komat-kamit
inilah yang banyak dilakukan orang, sehingga sampai sekarang banyak yang tak
mampu mencerminkan watak mushallin yang sebenarnya, yaitu tercegah dari
perbuatan keji dan mungkar.
“
Jangan engkau mendekati sholat sedang kamu dalam keadaan mabuk (tidak
sadar)… “ (QS An nisa 4: 43)
Nahyi (larangan) ditujukan kepada mushalilin agar tidak melakukan sholat
jika masih belum sadar bahwa dirinya sedang berhadapan dengan Sang
Khaliq. Larangan itu merupakan syarat mutlak dari Allah. Coba kita
renungkan, untuk mendekati saja kita dilarang, apalagi untuk melakukannya. Jika
tetap dilakukan maka Allah akan murka, yang ditunjukkan dengan perkataan yaitu
“
maka celakalah orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dalam sholatnya dan orang-orang yang berbuat riya” (QS Al-ma’un 107: 4-6)”
Allah juga memberikan pujian kepada orang-orang mukmin yang khusyu dalam
sholatnya
“Sungguh beruntunglah mereka yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu’
dalam sholatnya” (QS Al Mukminun 23: 1-2)
Al-Quran menyebutkan penyebab dicabutnya ilmu khusyu’, yaitu karena
memperturutkan hawa nafsu dan melalaikan sholatnya. Dalam Al-Qur’an Allah juga
telah menunjukkan jalan bagi yang mendapatkan kekhusyu’an
“
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka
akan kembali kepada-Nya.” (QS Al Baqarah 2: 45-46)
Semoga kita dapat merasakan menemui Allah, kedekatan dengan Allah,
mengetahui posisi/derajat kita di sisi Allah.
Semakin kita dekat dengan Allah maka kita akan semakin sibuk dengan Allah,
semakin jauh kita dengan Allah maka kita akan semakin sibuk dengan diri kita
sendiri.
Semakin kita dekat dengan Allah maka kita yakin bahwa segala keperluan kita
didunia , Allah akan mencukupkannya
, sedangkan semakin jauh kita
dengan Allah maka kita akan “kepayahan” dengan upaya sendiri memenuhi segala
keperluan kita di dunia.
Orang yang dekat dengan Allah dikenal sebagai orang-orang Arif.
Orang-orang Arif adalah orang yang menyibukkan dirinya dengan Allah dan
hanya melakukan perbuatan jika Allah yang berkenan bukan karena keinginan
mereka sendiri.
Mereka paham bahwa Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang
mereka berikan untuk diri mereka sendiri.
Jalan untuk dapat selalu menyibukkan diri dengan Allah atau mengetahui apa
yang Allah berkenan adalah dengan “mengenal” Allah, yakni yang kita kenal
marifatullah. Dengan mengenal Allah (marifatullah) maka kita bisa
memahami apa yang Allah berkenan.
Ilmu untuk mempelajari tentang marifatullah itulah Ilmu Tasawuf.
Untuk mencapai pemahaman orang-orang arif tidak cukup dengan metode
pemahaman secara harfiah atau tekstual akan tetapi melalui metode pemahaman
yang lebih dalam / maknawi atau dikenal “mengambil pelajaran” dengan hikmah.
Sesuai dengan firman Allah,
“Allah menganugerahkan al hikmah (
kefahaman yang dalam
tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia
yang banyak. Dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).” (Al-Baqarah – 269)
mutiarazuhud
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :