بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Hakikat dan Sejarah Tasawuf
Hakikat Tasawuf Seringkali tasawuf
dituduh sebagai ajaran sesat. Tasawuf dipersepsikan sebagai ajaran yang lahir
dari rahim non Islam. Ia adalah ritual keagamaan yang diambil dari tradisi
Kristen, Hindu dan Brahmana. Bahkan gerakan sufi, diidentikan dengan kemalasan
bekerja dan berfikir. Betulkah?
Untuk menilai apakah satu ajaran
tidak Islami dan dianggap sebagai terkena infiltrasi budaya asing tidak cukup
hanya karena ada kesamaan istilah atau ditemukannya beberapa kemiripan dalam
laku ritual dengan tradisi agama lain atau karena ajaran itu muncul belakangan,
paska Nabi dan para shahabat. Perlu analisis yang lebih sabar, mendalam, dan
objektif. Tidak bisa hanya dinilai dari kulitnya saja, tapi harus masuk ke
substansi materi dan motif awalnya.
Tasawuf pada mulanya dimaksudkan
sebagai tarbiyah akhlak-ruhani: mengamalkan akhlak mulia, dan
meninggalkan setiap perilaku tercela. Atau sederhananya, ilmu untuk
membersihkan jiwa dan menghaluskan budi pekerti. Demikian Imam Junaid, Syeikh
Zakaria al-Anshari mendefiniskan.
Asal kata sufi sendiri ulama berbeda
pendapat. Tapi perdebatan asal-usul kata itu tak terlalu penting. Adapun
penolakan sebagian orang atas tasawuf karena menganggap kata sufi tidak ada
dalam al-Qur\'an, dan tidak dikenal pada zaman Nabi, Shahabat dan tabi\'in
tidak otomatis menjadikan tasawuf sebagai ajaran terlarang! Artinya, kalau mau
jujur sebetulnya banyak sekali istilah-istilah (seperti nahwu, fikih, dan ushul
fikih) yang lahir setelah periode Shahabat, tapi ulama kita tidak alergi,
bahkan menggunakannya dengan penuh kesadaran.
Sejarah Tasawuf
Kenapa gerakan tasawuf baru muncul
paska era Shahabat dan Tabi\'in? Kenapa tidak muncul pada masa Nabi? Jawabnya,
saat itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat
stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih
dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme,
materialisme dan hedonisme.
Tasawuf sebagai nomenklatur sebuah
perlawanan terhadap budaya materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan.
Karena Nabi, para Shahabat dan para Tabi\'in pada hakikatnya sudah sufi: sebuah
perilaku yang tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak
meremehkannya. Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq
Ketika kekuasaan Islam makin meluas.
Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai
pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah
timbul gerakan tasawuf (sekitar abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk
mengingatkan tentang hakikat hidup. Konon, menurut pengarang Kasf adh-Dhunun,
orang yang pertama kali dijuluki as-shufi adalah Abu Hasyim as-Shufi (w. 150 H)
Urgensitas Tasawuf
Imam Ghazali dalam an-Nusrah
an-Nabawiahnya mengatakan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali.
Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit
hati seperti riya, dengki, hasud dll. Dan, dalam pandangannya, tasawuf lah yang
bisa mengobati penyakit hati itu. Karena, tasawuf konsentrasi pada tiga hal
dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur\'an al-karim. Pertama,
selalu melakukan kontrol diri, muraqabah dan muhasabah. Kedua,
selalu berdzikir dan mengingat Allah Swt. Ketiga, menanamkan sifat
zuhud, cinta damai, jujur,sabar, syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas.
Melihat konsenstrasi bahasan tasawuf
di atas, jelas sekali bahwa tasawuf bagian dari Islam.
Tasawuf dan Tuduhan-Tuduhan Miring
Demi objektifitas, menilai apakah
tasawuf melenceng dari ajaran Islam apa tidak, kita harus melewati beberapa
kriteria di bawah ini. Dengan kriteria ini secara otomatis kita bisa mengukur
hakikat tasawuf.
Pertama sekali, penilaian harus
melampaui tataran kulit, dan langsung masuk pada substansi materi dan
tujuannya.
Lantas apa substansi materi tasawuf?
Seperti dijelaskan di atas tujuan tasawuf adalah dalam rangka membersihkan
hati, mengamalkan hal-hal yang baik, dan meninggalkan hal-hal yang jelek.
Seorang sufi dituntut selalu ikhlas, ridha, tawakal, dan zuhud - tanpa sama
sekali mengatakan bahwa kehidupan dunia tidak penting.
Kedua, Menilai secara objektif, jauh
dari sifat tendensius dan menggenalisir masalah.
Sikap ini sangat penting. Karena
pembacaan terhadap sebuah kasus yang sudah didahului oleh kesimpulan paten akan
menghalangi objektifitas, dan memburamkan kebenaran sejati.
Ketiga, memahami istilah atau terminologi
yang biasa digunakan para sufi, sehingga kita tidak terjebak kepada
ketergesa-gesaan dalam memvonis sebuah masalah.
Misalnya dalam dunia sufi dikenal
istilah zuhud. Kemudian orang sering salah mengartikan bahwa zuhud adalah benci
segala hal duniawi. Zuhud identik dengan malas kerja, dst. Padahal kalau kita
teliti dengan sedikit kesabaran tentang apa itu arti zuhud yang dimaksud para
sufi, maka kita akan menemukan bahwa zuhud yang dimaksud tidak seperti persepsi
di atas. Abu Thalib al-Maki, seorang tokoh sufi, misalnya, punya pandangan
bahwa bekerja dan memiliki harta sama sekali tidak mengurangi
arti zuhud dan tawakal.
Keempat, dalam vonis hukum, kita
perlu membedakan antara hukum sufi yang mengucapkan kata-kata dalam keadan
ecstasy dan dalam keadaan sadar.
Konsep ini penting sekali, supaya
kita tidak terjebak pada sikap ekstrim seperti memvonis kafir, musyrik, fasik,
dll.
Kenyataan di atas sama sekali tidak
berarti mau mengatakan bahwa sejarah sufi, putih bersih. Ada masa-masa dimana
sufi atau oknum kaum sufi melenceng dari hakikat ajaran Islam, terutama setelah
berkembangnya tasawuf falsafi.
Beberapa penyimpangan kaum sufi:
- Menyepelekan kehidupan duniawi
- Terjebak pada pola pandang jabariah
- Mengaku-ngaku bahwa Allah Swt telah membebaskannya dari
hukum taklif, seperti shalat, puasa, dll. Dan semua hal bagi dirinya
halal.
Kesimpulan
Setelah mengetahui hakikat ajaran
tasawuf di atas jelaslah bahwa ajaran tasawuf, adalah bagian dari kekayaan khazanah
Islam. Ia bukanlah aliran sesat. Bahwa ada penyimpang oknum atau lembaga sufi
itu tidak berarti tasawuf secara keseluruhan jelek dan sesat. Kita jangan
sekali-kali terjebak apada generalisir masalah. Karena sejatinya, tokoh-tokoh
sufi berpendapat ajaran tasawuf harus bersendikan al-Qur\'an dan Hadis. Diluar
itu ditolak!
Tasawuf, seperti dinyatakan Syeikh
Yusuf al-Qaradhawi, adalah bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Karena
misi tasawuf memperbaiki akhlak. Dan akhlak jelas sekali bagian dari Islam.
Karena Nabi Muhamad Saw diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Wallahu \'Alam bi as-Shawab.
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :