بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Syekh
Malik bin Dinar
Malik bin Deenar atau Malik Ibn Dinar (meninggal 748 M atau
131 H adalah seorang Tabi'in . Dia disebutkan sebagai tokoh tradisionis handal,
transmisi dari pemerintah seperti Anas bin Malik dan Ibnu Sirin . Ia adalah
putra dari seorang budak Persia dari Kabul yang menjadi murid Hasan al-Basri .
Ia meninggal pada usia sembilan puluh tahun (90 th) di Basra .
Kehidupannya dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan, maksiat, berbuat zhalim
kepada manusia, memakan hak manusia, memakan riba, dan memukuli manusia.
Kulakukan segala kezhaliman, tidak ada satu maksiat melainkan aku telah
melakukannya. Sungguh sangat jahat hingga manusia tidak menghargaiku karena
kebejatanku.
Malik bin Dinar Rohimahullah menuturkan: Pada suatu hari, aku merindukan
pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang
puteri yang kuberi nama Fathimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali dia
bertambah besar, bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit
maksiat di dalam hatiku. Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang
segelas khamr, maka diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut
hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun.
Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta’ala -lah yang membuatnya melakukan hal
tersebut.
Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan di dalam
hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
selangkah, maka setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat sedikit demi sedikit.
Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal.
Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum
memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang dapat menguatkanku
di atas cobaan musibah. Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
Setanpun mempermainkanku, hingga datang suatu hari, setan berkata kepadaku:
“Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah
engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr
sepanjang malam. Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah
terlempar di alam mimpi.
Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat. Matahari telah gelap, lautan
telah berubah menjadi api, dan bumipun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada
hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada
di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil: Fulan ibn Fulan,
kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku melihat si Fulan tersebut berubah
wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat ketakutan. Sampai aku mendengar
seorang penyeru menyeru namaku: “Mari menghadap al-Jabbar!”
Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak ada
seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ulat besar yang ganas
lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka mulutnya. Akupun lari karena
sangat ketakutan. Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun
berkata: “Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku
aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-mudahan engkau
selamat!”
Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di
belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata:
“Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam
api?” Akupun kembali berlari dengan cepat sementara ular tersebut semakin
dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata: “Demi
Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku.” Maka dia menangis karena iba
dengan keadaanku seraya berkata: “Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak
mampu melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut
mudah-mudahan engkau selamat!”
Akupun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian
aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar
semua anak tersebut berteriak: “Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah
ayahmu!”
Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun berbahagia bahwa
aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang akan
menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka diapun memegangku dengan tangan
kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya sementara aku seperti mayit
karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di
dunia.
Dia berkata kepadaku: “Wahai ayah, “belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid:16)
Maka kukatakan: “Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.”
Dia berkata: “Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan
menumbuhkannya hingga hampir memakanmu, maka hal itu akan memasukanmu ke dalam
api neraka. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan
dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah
tersebut adalah amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis
karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu.
Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat
masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.”
Dia Rohimahullah berkata: Akupun terbangun dari tidurku dan berteriak: “Wahai
Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku, ya, “Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” Lantas aku
mandi dan keluar untuk shalat subuh dan ingin segera bertaubat dan kembali
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dia Rohimahullah berkata:
Akupun masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca ayat yang sama:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid: 16)
Berkata Malik : "Maka akupun takut dan aku tuangkan seluruh minuman keras
itu dan kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian aku bertaubat pada
Allah, dan inilah cerita tentang taubatku pada Allah".
Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar Rohimahullah yang beliau kemudian
menjadi salah seorang imam generasi tabi’in, dan termasuk ulama Basrah. Dia
dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: “Ya Ilahi, hanya Engkaulah
satu-satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni sorga dan penghuni neraka, maka yang
manakah aku di antara keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni
sorga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka.”
Malik bin Dinar Rohimahullah bertaubat dan dia dikenal pada setiap harinya selalu
berdiri di pintu masjid berseru: “Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah
kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada
Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada
Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang
hari. Dia berfirman kepadamu: “Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu
jengkal, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia
mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku
kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan
mendatanginya dengan berlari kecil.”
Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan rizki taubat
kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.
Malik bin Dinar Rahimahullah wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas. (Mizanul I’tidal, III/426)
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih. Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar (Cara Download) dibawah postingan. apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.
Related Posts :