بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
TERJEMAH KITAB
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN
TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”
27.
KEJUJURAN
Allah
swt. berfirman :
“Wahai
orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang jujur.” (Qs. At-Taubah :19).
Diriwayatkan
oleh Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasululah saw. bersabda :
“Jika
seorang hamba tetap bertindak jujur dan berteguh hati untuk bertindak jujur,
maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur, dan jika ia tetap
berbuat dusta dan berteguh hati untuk berbuat dusta, maka ia akan ditulis di
sisi Allah sebagai pendusta.” (Hr. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Kejujuran
(shidq) adalah tiang penopang segala persoalan, dengannya kesempurnaan dalam
menempuh jalan ini tercapai, dan melaluinya pula ada tata aturan. Kejujuran
mengiringi derajat kenabian, sebagaimana difirmankan Allah swt. :
“....
Maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah yaitu para Nabi dan orang-orang yang menetapi kejujuran (Shiddiqin)
para syuhada’ dan orang-orang ssaleh.” (Qs. An-Nisa’ :69).
Kata
Shidq (orang yang jujur) berasal dari kata Shidq (kejujuran). Kata Shiddiq
adalah bentuk penekanan (mubalaghah) dari shadiq, dan berarti orang yang
didominasi oleh kejujuran. Demikian juga halnya dengan kata-kata lain yang
bermakna penekanan, seperti sikkir dan pemabuk, yang penuh anggur (khimmir).
Derajat terendah kejujuran adalah bila batin seseorang selaras dengan perbuatan
lahirnya. Shadiq adalah orang yang benar dalam kata-katanya. Shiddiqy adalah orang
yang benar-benar jujur dalam semua kata-kata, perbuata dan keadaan batinnya.
Ahmad bin
Khadhrawaih mengajarkan : “Barangsiapa ingin agar Allah bersamanya, hendaklah
ia berpegang teguh pada kejujuran, sebab Allah swt. bersama-sama orang yang
jujur.”
Al-Junayd
berkata : “Orang yang jujur berubah empat puluh kali dalam sehari, sedangkan
orang riya’ tetap berada dalam satu keadaan selama empat puluh tahun.”
Abu
Sulaiman ad-Darany mengatakan : “Jika orang yang jujur ingin menggambarkan apa
yang ada dalam hatinya, maka lisannya tidak akan mengatakannya.”
Dikatakan
: “Bersikap jujur berarti menegaskan kebenaran, meskipun terancam kebinasaan.”
An-Naqqad
mengatakan : “Sikap jujur berarti mencegah kedua rahang (syidq) dari
mengucapkan apa yang terlarang.”
Abdul Wahid
bin Zaid berkomentar : “Sikap benar adalah setia kepada Allah swt. dalam
tindakan,”
Sahl bin
Abdullah mengatakan : “Seorang hamba yang menipu diri sendiri atau orang lain
tidak akan mencium harum semerbaknya kebenaran.”
Abu Sa’id
al-Qurasyi mengatakan : “Orang yang jujur adalah orang yang siap mati dan tidak
akan malu jika rahasianya diungkapkan. Allah swt. berfirman : “Maka,
inginkanlah kematian, jika kamu orang-orang yang jujur.” (Qs. Al-Baqarah :94).
Syeikh
Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan : “Suatu hari Abu Ali ats-Tsaqafy sedang
memberikan pelajaran, tiba-tiba Abdullah bin Munazil berkata kepadanya : “Wahai
Abu Ali, siapkanlah diri Anda untuk mati, sebab tidak ada jalan untuk lari
darinya. “Abu Ali menjawab : “Dan Anda, wahai Abdullah, siapkanlah diri untuk
mati, sebab tidak ada jalan lari darinya. ‘Maka disaat itulah Abdullah
merebahkan diri, membentangkan kedua tangannya, menundukkan kepalanya dan
mengatakan : “Aku mati sekarang.” Abu Ali pun diam terpaku karenanya, dimana
dirinya tidak mampu menandingi apa yang dilakukan Abdullah, karena Abu Ali
masih terpaut pada dunia, sedangkan Abdullah telah terbebas dari ikatan dunia.”
Ahmad bin
Muhammad ad-Dainury sedang berbicara di hadapan sekumpulan orang ketika seorang
wanita di antara mereka berteriak, Abu Abbas memarahinya dengan kata-kata :
“Matilah engkau!” Wanita itu bangkit, maju beberapa langkah, berpaling
kepadanya dan berkata, “Aku telah mati.” Kemudian ia jatuh ke tanah dan mati.”
Al-Wasithy
berkata : “Kejujuran adalah keyakinan yang kokoh terhadap tauhid bersama-sama
dengan niat.”
Dikatakan
: “Abdul Wahid bin Zaid memandang kepada seorang pemuda di antara para
sahabtnya, yang bertubuh kurus kering, dan Abdul Wahid bertanya kepadanya :
“Apakah engkau telah terlalu lama memperpanjang puasamu?” Pemuda itu menjawab :
“Aku juga bukan memperpanjang berbuka. Kemudian Abdul Wahid bertanya : Apakah
engkau telah memperpanjang waktu bangun untuk shalat malammu?” Pemuda itu
menjawab : Bukan, bukan pula aku telah memperpanjang tidur.” Lalu Abdul Wahid
pun bertanya : Apakah yang telah membuatmu begitu kurus?” Pemuda itu menjawab :
“Hasrat yang selalu berkobar dan rahasia terpendam yang abadi.” Abdul Wahid
berseru, Dengarlah! Betapa beraninya pemuda ini!. Pemuda itu lalu berdiri, maju
dua langkah dan berteriak : “Ya Allah, jika aku memang tulus, ambillah nyawaku
sekarang juga!” lalu ia pun jatuh dan meninggalkan dunia ini.”
Abu Amr
az-Zajjajy menuturkan : Ibuku meninggal, dan aku mewarisi sebuah rumah beliau.
Aku menjualnya dengan harga limapuluh dinar dan kemudain berangkat menunaikan
ibadah haji. Setiba di Babilonia, seorang penggali saluran air bertanya
kepadaku : “Apa yang engkau bawa ?” Aku berkata dalam hati : “Kejujuran adalah
yang terbaik.” Dan aku menjawab : “Uang lima puluh dinar.” Ia berkata :
“Serahkanlah kepadaku!” Maka akupun memberikan kantong uangku kepadanya.
Dihitungnya jumlah semua uang di dalamnya, dan ternyata memang ada limapuluh
dinar. Berkatalah ia : “Ambillah kembali uangmu!” Kejujuranmu menyentuh
hatiku.” Lalu ia turun dari kudanya dan berkata : “Niaklah kudaku” Aku balik
berkata : Aku tidak menginginkannya.” Ia berkata : “Harus...!” dan terus
memaksaku menaiki kudanya. Kahirnya setelah aku bersedia naik di atasnya, ia
berkata : Aku di belakangmu.” Satu tahun kemudian ia berhasil menyusulku, dan tinggal
bersamaku hingga akhir hayatnya.”
Ibrahim
al-Khawwas menjelaskan : “Orang jujur tidak memandang kecuali kewajiban yang
harus ditunaikan, atau ibadat utama bagi Allah swt.”
Al-Junayd
berkata : “Inti kejujuran adalah bahwa engkau berkata jujur di wilayah yang,
apabila seseorang berkata jujur tidak akan selamat kecuali berdusta.”
Dikatakan
: “Tiga hal tidak penah lepas dari seorang jujur ucapannya, kehadiran yang
kharismatis dan pancaran taat di wajahnya.”
Dikatakan
pula “Allah swt. bersabda kepada Daud as. : “Wahai Daud, barangsiapa menereima
apa yang kukaakan dengan sejujurnya dalam hatinya niscaya Aku akan mengukuhkan
sifat jujur di kalangan makhluk manuisa dalam lahiriahnya.”
Dikatakan
Ibrahim bin Dawhah memasuki padang pasi bersma Ibrahim bin Sitanbah. Kata Ibnu
Dawhah : “Ibnu Sitanbah mengatakan kepadaku : “Campakkanlah segala apa yang
mengikatmu!.” Aku melemparkan segala sesuatu yang ada padaku, kecuali uang satu
dinar. Lalu ia berkata : “Wahai Ibrahim, janganlah engkau membebani pikiranku!.
Campakkanlah keerikatanmu! Maka dinar itu pun lalu kulemparkan. Tapi lagi-lagi
ia mengatakan. Wahai Ibrahim, campakkanlah keterikatanmu!” Lalu aku ingat
bahwaaku masih memiliki beberapa tali sandal cadangan, yang lalu kulemparkan
juga. Selanjutnya, dalam perjalananku, setiap kali aku memerlukan tali sandal,
maka muncullah seutas tali sandal di hadapanku. Ibrahim bin Sitanbah mengatakan
: “Inilah orang yang beramal dengan Allah swt. secara jujur.”
Dzun Nuun
al-Mishry berkata : “Kejujuran adalah pedang Allah, tidak satu pun di letakkan
padanya, kecuali akan terpotong.
Sahl bin
Abdullah mengataka : “Awal penghianatan orang-orang jujur adalah menculnya
keraguan dengan dirinya.”
Ketika
ditanya tentang kejujuran, Fath al-Maushaly memasukkan tangannya ke dalam bara
api seorang tukang besi. Mengambil sebatang besi yang merah membara,
meletakkannya di telpak tangannya dan berkata : “Inilah kejujuran!”
Yusuf bin
Asbat berkata : “Aku lebih suka menghabiskan waktu semalam bersama Allah swt.
dalam kejujuran jiwa daripada berperang dengan pedangku di Jalan-Nya.”
Abu Ali
ad-Daqqaq menegaskan : “Kejujuran adalah seperti engkau menganggap dirimu
sebagaimana adanya, atau engkau dilihat seperti apa adanya dirimu.”
Ketika
al-Harits al-Muhasiby ditanya tentang tanda-tanda kejujuran, ia menjawab :
“Orang yang jujur adalah orang yang manakala tidak peduli akan ketergantungan
kalbu manusia kepada dirinya, tidak pula senang atas ketergantungan kalbu
manusia kepada dirinya, tidak pula senang atas jasanya kepada manusia untuk
dilihat, dan juga tidak peduli apakah popularitasnya di antara manusia akan
lenyap. Ia bahkan tidak membenci bila perbuatan buruknya dilihat oleh orang
banyak, Jika ia benci, ia perlu menambah imannya. Dan yang demikian itu
bukanlah ciri akhlak orang-orang jujur.”
Salah seoran
Sufi berkomentar : “Jika seseorang tidak memenuhi satu kewajiban agama yang
abadi, maka pelaksanaan keajiban-kewajiban agamanya sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkeseorang bertanya : “Apakah kewajiban agama yang abadi itu?” Ia
menjwab : “Kejujuran.”
Dikatakan
: “Jika engkau mencari Allah swt. dalam kejujuran, niscaya Dia akan memberimu
cermin yag di dalamnya engkau akan melihat semua keajabiban dunia dan akhirat.”
Dikatakan
: “Engkau harus berlaku jujur ketika merasa takut bahwa hal itu akan mencelakakanmu,
padahal itu akan bermanfaat bagimu. Janganlah menipu ketika engkau mengira hal
itu akan menguntungkanmu, padahal pasti ia akan merugikanmu.”
Dikatakan
juga : “Tiap-tiap sesuatu punya arti, tapi persahabatan seorang pendusta tidak
berarti apa-apa.”
Dikatakan
: “Tanda seorang pendusta adalah kegairahannya untuk bersumpah sebelum hal itu
dituntut darinya.”
Ibnu
Sirin mengatakan : “Lingkup pembicaraan itu demikian luas hingga (sebetulnya)
orang tidak perlu berdusta.”
Dikatakan
: “Seorang pedagang yang jujur tidak pernah melarat.”
Silahkan Bagikan Artikel ini
Mohon Maaf, Kepada Semua Sahabat, Atas Ketidak Nyamanannya, Dengan adanya Shortener Di Link Download. Mohon Keridhoannya. Terima Kasih.**** Apabila kesulitan Download Silahkan buka/klik gambar(Cara Download) dibawah postingan. Apabila masih kesulitan, silahkan copy paste link download yang ada, kebrowser anda.*** Apabila ada link Download yg rusak/mati, mohon beritahu kami lewat komentar dibawah ini.